Selain itu, kata Kunto, Zulhas juga cenderung akan memanfaatkan ketidakberesan pekerjaan sebagai menteri perdagangan untuk meningkatkan citra dirinya dan partai politik sebagai ‘pahlawan’ yang membantu masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga pangan.
“Strategi lain dia mengakui bahwa ‘Ok ada kenaikan harga, saya bantu secara pribadi sebagai menteri perdagangan’. Ini strategi lain memanfaatkan ketidakberesan pekerjaan dan seakan-akan pribadi yang jadi pahlawan,” ujarnya.
“Dia sebagai pahlawan dengan memberikan bantuan sosial atau bantuan kepada masyarakat atau operasi pasar apalah itu. Sehingga ‘oh ini dari partai saya, oh ini dari saya, sehingga pilih lah saya’. Itu kan sangat mungkin dilakukan oleh politisi menjelang pemilu,” lanjutnya.
Idealnya, Zulhas harus menjelaskan kepada masyarakat dengan jelas mengenai penyebab dari kenaikan harga pangan dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut, bukan hanya sekadar mengakui adanya kenaikan harga.
“Iya (Zulhas mengakui kenaikan harga), (tapi, ada) kenaikan harga terus dia cuma ‘ya stabil tapi masih tinggi’ kan itu seakan-akan ya stabil tidak bergerak naik tapi tinggi juga. Itu kan permainan penghalusan, stabil tinggi itu penghalusan,” ujar Kunto.
Sayangnya, hal serupa juga berpotensi dilakukan oleh pejabat publik yang memiliki konflik kepentingan. Kunto menilai, seharusnya para calon presiden, calon wakil presiden, calon legislatif yang menjabat sebagai menteri bisa mengundurkan diri dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa menunjuk penjabat pengganti.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menilai Zulhas sudah tidak tahu upaya yang harus dilakukan dalam menurunkan harga pangan. Dirinya juga mengatakan, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian tidak sejalan soal produksi di Indonesia. Persoalan harga pangan pun cenderung dilimpahkan kepada Badan Pangan Nasional (Bapanas).
“Ya mungkin Mendag sudah tidak tau lagi cara menurunkan harga pangan bagaimana. Tapi emang sinkronisasi produksi antara Kementan dan Kemendag tidak clear dari awal. Kemendag dari awal juga sudah menyerahkan persoalan pangan ke badan pangan jadi Kemendag sudah speechless gimana cara menyelesaikan,” ujar Abdullah kepada Bloomberg Technoz, Selasa (5/12/2023).
Menurut Abdullah, saat ini pemerintah justru harus berperan cepat untuk menyelesaikan permasalahan dan menjaga stok komoditas pangan seperti beras, cabai, bawang, telur, gula agar tidak menimbulkan gejolak harga saat periode Natal dan Tahun Baru 2023/2024.
“Apalagi kita akan menghadapi Pemilu sebentar lagi. Jadi saya harap bisa menyelesaikan sebelum permintaan tinggi di Nataru,” pungkasnya.
Sebelumnya, Mendag Zulkifli Hasan mengatakan harga beras masih tinggi dari titik normal. Bahkan dia menilai, harga tersebut stabil atau berarti sudah berlangsung cukup lama, dan belum menunjukkan tanda akan turun. Hal ini disampaikan saat meninjau Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (4/12/2023).
“Jadi, semua masih stabil. Beras juga stabil tapi tinggi, belum turun," kata Zulhas seperti dikutip dari siaran pers, Senin (4/12/2023).
Selain beras, Zulhas juga mengakui masih tingginya harga komoditas cabai di pasar. Saat ini, kata dia, pemerintah tengah mencari cara agar kenaikan rutin komoditas tersebut pada musim penghujan tak akan berpengaruh secara signifikan pada angka inflasi.
"Cabai memang masuh mahal,” ujar dia.
(dov/ain)