Data tersebut mendukung pandangan Gubernur BoJ Kazuo Ueda bahwa harga sedang melemah, setelah akselerasi yang tidak terduga pada bulan sebelumnya. Perlambatan ini mungkin mendorong bank sentral untuk menunggu tanda-tanda lain bahwa target inflasi yang disertai kenaikan upah akan tercapai.
“Upah tidak bisa mengimbangi kenaikan harga, sehingga mengakibatkan konsumsi lebih lambat. Jika permintaan tidak mencukupi, kenaikan harga tidak akan berlanjut,” kata Takuya Hoshino, Ekonom Dai-Ichi Life Research Institute Inc.
"Mengingat perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS), Saya pikir BOJ akan lebih berhati-hati,” lanjut Takuya sembari merevisi kebijakan.
Mata uang Yen sempat menguat terhadap dolar AS, tapi kemudian melemah kembali dengan cepat, menunjukkan hasil tidak mempengaruhi spekulasi pasar mengenai perubahan kebijakan.
“Secara keseluruhan, data tersebut mendukung pandangan kami bahwa BoJ akan mempertahankan kebijakannya tidak berubah pada pertemuan Desember nanti.” Ekonom Bloomberg Taro Kimura.
Berdasarkan data yang dikutip Selasa (5/12/2023) menunjukkan, kenaikan harga makanan olahan di Tokyo melambat menjadi 6,4% pada November, lebih rendah dari 7,3% pada Oktober. Harga utilitas juga terus turun tajam dibandingkan tahun sebelumnya, dengan harga gas turun 18,4%.
Keputusan Perdana Menteri Fumio Kishida untuk mempertahankan subsidi utilitas pada listrik dan gas telah membantu mengurangi tingkat inflasi secara keseluruhan sebesar 0,45 poin persentase.
Sementara itu, biaya hotel dan akomodasi melonjak 62,5% dibandingkan tahun lalu, ketika pemerintah menawarkan program subsidi yang besar untuk mendukung industri yang terkena dampak Covid. Permintaan untuk perjalanan domestik dan masuk diperkirakan akan tetap kuat selama musim dingin pertama tanpa pembatasan pandemi, sehingga kemungkinan akan mendorong kenaikan harga terkait.
Dalam laporan prospek terbaru yang dirilis pada Oktober, BoJ merevisi proyeksi indikator inflasi utama untuk tahun fiskal saat ini dan tahun depan menjadi 2,8%. Ini berarti kenaikan harga selama tiga tahun berturut-turut melebihi target 2%. Namun, bank tersebut menetapkan perkiraan harga untuk tahun fiskal 2025 sebesar 1,7%, yang menyiratkan bahwa tingkat inflasi saat ini tidak akan bertahan selamanya.
“Saya tidak berpikir inflasi akan terus melambat hingga mencapai di bawah 2%,” kata Atsushi Takeda, Kepala Ekonom Itochu Research Institute.
Menurut dia, ada tekanan inflasi karena melemahnya yen yang berlanjut lebih lama dari perkiraan, sehingga menambah biaya bahan baku yang lebih tinggi. Biaya untuk mempekerjakan atau mempertahankan pekerja juga meningkat.
(bbn)
(bbn)