Permintaan logam dapat makin melemah karena dampak kondisi kredit yang ketat melanda negara-negara besar, kata Citigroup Inc. dalam catatan para analis, termasuk Max Layton dan Wenyu Yao.
Dampak dari stimulus kebijakan China sepertinya tidak akan sepenuhnya mengimbangi hambatan yang datang dari pasar negara maju pada 2024, kata mereka.
Tembaga turun 1,9% menjadi US$8,448 per ton di London Metal Exchange pada pukul 17:08 waktu setempat, setelah penutupan Jumat pada level tertinggi dalam hampir empat bulan. Nikel turun 2,1%, sedangkan seng turun 2,4%.
Logam mengalami tahun yang beragam pada 2023, di mana tembaga mendapat dukungan dari kuatnya permintaan China, terutama dari industri energi terbarukan. Nikel telah anjlok sekitar 45% di tengah gelombang produksi baru di Indonesia.
Ketat Fisik
Ada tanda-tanda munculnya kondisi pasokan yang lebih ketat di pasar tembaga global, dengan indikator utama ketersediaan bahan mentah – biaya pengolahan yang dibayar oleh pabrik peleburan – terus menurun.
Biaya spot yang dibayarkan oleh pabrik peleburan China telah turun di bawah US$70 per ton untuk pertama kalinya sejak Agustus 2022, menurut data Fastmarkets. Pekan lalu, beberapa pabrik peleburan China menyetujui penurunan kontrak tahunan sebesar 9% setelah sebelumnya menolak penurunan sebesar itu.
Sementara itu, premi spot untuk katoda tembaga di Shanghai diperdagangkan lebih dari US$110 per ton menurut data harian dari penyedia data SMM, turun sedikit dari level tertinggi dalam lebih dari setahun.
Penutupan tambang Cobre Panama senilai US$10 miliar – setelah protes politik yang meluas di negara Amerika Tengah tersebut – menyebabkan pabrik peleburan tembaga dunia memiliki bahan mentah yang lebih sedikit dari yang diharapkan untuk mendukung ekspansi kapasitas mereka yang cepat.
(bbn)