Pemerintah Jepang telah meminta pasukan AS di negara tersebut untuk menghentikan penggunaan Osprey, yang beberapa kali mengalami kecelakaan fatal, sampai pemeriksaan dapat dilakukan. Pihak AS tampaknya telah secara efektif menolak permintaan tersebut, yang merupakan sebuah langkah yang dapat memperburuk hubungan antara pasukan AS dan komunitas lokal yang menampung mereka.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno menolak untuk berkomentar terkait laporan Kyodo. Dia mengatakan pencarian masih berlangsung. Sementara pihak AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan sebelumnya oleh Kementerian Pertahanan Jepang, AS memiliki enam CV-22 Osprey di Pangkalan Udara Yokota di barat Tokyo dan 24 MV-22 Osprey di Pangkalan Udara Korps Marinir Futenma di pulau selatan Okinawa. Kementerian mengatakan AS terus mengoperasikan Ospreys di pulau itu setelah permintaan pemerintah Jepang pada 30 November lalu.
Wakil juru bicara Pentagon Sabrina Singh merilis pernyataan pada Jumat yang mengatakan penerbangan Osprey telah dihentikan di unit Angkatan Udara yang menerbangkan pesawat yang jatuh. Dia mengatakan pesawat dengan rotor miring tersebut beroperasi di Jepang "hanya setelah menjalani pemeliharaan menyeluruh dan pemeriksaan keselamatan."
Pada Agustus, tiga marinir AS tewas dan lima lainnya terluka parah setelah pesawat V-22 Osprey jatuh saat melakuka latihan di lepas pantai Darwin di Wilayah Utara Australia. Insiden sebelumnya dengan V-22 Osprey termasuk kecelakaan pada tahun 2000 yang menewaskan 19 marinir di Arizona. Kecelakaan tersebut disebabkan oleh kesalahan pilot.
(bbn)