Sebelumnya, muncul pendapat bahwa BI perlu menempuh kenaikan bunga acuan menyusul tekanan jual yang terus berlangsung di pasar obligasi akibat sentimen negatif dari Amerika, pasca rilis data konsumsi personal yang melampaui dugaan pelaku pasar. Ada kekhawatiran arus modal asing akan terus keluar sehingga menyeret otot rupiah semakin lemah.
Namun, bank sentral meyakini, setelah ketidakpastian global mulai mereda, nilai tukar rupiah akan kembali menguat.
"Kami yakin akan menguat once ketidakpastian mulai mereda dan kembali ke fundamental prospek ekonomi Indonesia baseline 4,9% tapi bisa 5% atau 5,1%. Komitmen BI menstabilkan nilai tukar rupiah, insya Allah stabilitas moneter akan kami jaga," tegas Perry dalam sebuah forum, Selasa siang (28/2/2023).
(rui)