Keyakinan itu membuat animo pemodal kembali melirik aset-aset di pasar negara berkembang yang memberikan imbal hasil menarik.
Indonesia mencatat pembalikan arus masuk modal asing setidaknya dalam tiga pekan terakhir dengan nilai yang semakin tinggi pekan lalu.
Laporan bank sentral, berdasarkan data transaksi 27-30 November lalu, pemodal asing mencatat beli neto total senilai Rp15,92 triliun yang terdiri atas beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp10,6 triliun, lalu sebesar Rp380 miliar di pasar saham dan sebanyak Rp4,94 triliun di sekuritas Sertifikat BI (SRBI).
"Selama 2023, berdasarkan data setelmen sampai dengan 30 November lalu, nonresiden beli neto Rp71,59 triliun di pasar SBN, jual neto Rp15,22 triliun di pasar saham dan beli neto Rp37,27 triliun di SRBI," kata BI, dalam publikasi pekan lalu.
Arus masuk modal asing pekan ini diperkirakan masih akan berlanjut dengan semakin yakinnya para pemodal bahwa The Fed akan memulai siklus penurunan bunga acuan pada Maret 2024 dengan probabilitas hingga 70,8% yaitu pengguntingan bunga ke level 5,25% dengan kemungkinan 60% dan ke level 5% dengan probabilitas 10,8%.
Keyakinan pemodal tetap meningkat kendati Jerome Powell, Chairman The Fed, dalam pernyataan Jumat kemarin berupaya menangkis euforia itu. "Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa kita telah mencapai ke posisi yang cukup restriktif atau berspekulasi mengenai kapan kebijakan akan dilonggarkan. Kami bersiap untuk memperketat kebijakan lebih lanjut jika diperlukan," kata Powell seperti dilansir dari Bloomberg News, Jumat malam.
(rui)