"Komentar tersebut menunjukkan betapa mengakarnya dia dalam fantasi bahan bakar fosil dan dengan jelas bertekad bahwa COP ini tidak melakukan apa pun yang merugikan kepentingan industri minyak dan gas,” kata Mohamed Adow, Direktur Kelompok Advokasi Power Shift Africa.
Menurut Adow, pernyataan ini merupakan peringatan bagi dunia dan para negosiator di COP28 bahwa mereka tidak akan mendapatkan bantuan apapun dari kepresidenan COP, terutama memberikan hasil yang kuat dalam penghapusan bahan bakar fosil.
Kontroversi tersebut berpusat pada percakapan Al Jaber dengan mantan Presiden Irlandia Mary Robinson, dalam acara daring (online) secara langsung pada 21 November lalu, yang kemudian pertama kali dilaporkan oleh The Guardian dan Pusat Pelaporan Iklim.
Ketika ditekan oleh Robinson untuk memimpin penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap melalui transisi yang adil, Al Jaber mengatakan bahwa dia tidak ikut serta dalam diskusi apa pun yang mengkhawatirkan.
“Penurunan bertahap dan penghentian penggunaan bahan bakar fosil dalam pandangan saya tidak bisa dihindari – ini penting – tetapi kita harus nyata, serius dan pragmatis mengenai hal ini,” kata Al Jaber dalam rekaman yang diunggah.
“Tidak ada ilmu pengetahuan di luar sana, atau tidak ada skenario di luar sana, yang mengatakan bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil akan mencapai angka 1,5 derajat Celcius,” tegas Al Jaber.
Ketika ditanya tentang masalah ini pada Minggu (3/12/2023), Juru Bicara COP28 menekankan bahwa Al Jaber tetap fokus pada pelaksanaan rencana inventarisasi global (GST) yang akan menghasilkan transisi maksimum dan gangguan minimal bagi semua orang di dunia.
“Cerita ini hanya upaya lain untuk melemahkan agenda kepresidenan, yang sudah jelas dan transparan serta didukung oleh pencapaian nyata presiden COP dan timnya,” kata juru bicara tersebut.
“Dia telah berulang kali mengkomunikasikan posisi kami mengenai bahan bakar fosil dan mengundang semua pihak untuk bekerja sama dan menghasilkan solusi yang dapat mencapai keselarasan, landasan bersama, dan konsensus.”
Secara teori, dunia dapat membatasi pemanasan hingga di bawah 1,5 derajat Celcius, meskipun negara tersebut terus menggunakan bahan bakar fosil yang dikombinasikan dengan teknologi penangkapan karbon yang dapat menghentikan gas rumah kaca memasuki atmosfer.
Skenario 1,5 derajat Celcius yang dicanangkan Badan Energi Internasional (IEA), yang mengharuskan tercapainya emisi nol karbon dioksida pada tahun 2050. Ini menunjukkan adanya penurunan pesat dalam penggunaan batu bara, minyak, dan gas pada pertengahan abad ini, tapi bahan bakar fosil masih terus digunakan.
(bbn)