Logo Bloomberg Technoz

Meski demikian, Tokyo Electron mungkin menghadapi hambatan dari ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang baru-baru ini ikut menyeret Jepang dan Belanda dalam dorongan untuk mengekang ekspor cip canggih dan teknologi pembuatan cip ke China.

Perincian kontrol ekspor yang mungkin diadopsi Jepang belum diketahui, tetapi bisnis perusahaan Tokyo kemungkinan terkena dampak langsung dari saat ini di mana 20% penjualannya adalah di China.

"Cip dibutuhkan di mana-mana, termasuk China, Jepang, AS, dan Eropa," kata Kawai, menolak berkomentar secara khusus tentang potensi pembatasan perdagangan.

“Selama kita terus menjadi nomor satu di dunia, kita harus selalu dapat menemukan peluang dengan cara lainnya. Itu sikap kami,” lanjutnya.

Analis Iwai Cosmo Securities Kazuyoshi Saito mengatakan pandangan Kawai mungkin terlalu optimistis jika tren penurunan saat ini berlanjut lebih lama dari yang diperkirakan atau kontrol ekspor China terlalu berat.

Komentar Kawai sejalan dengan apa yang dikatakan pembuat chip dengan kontrak terbesar dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TMSC) ketika melaporkan pendapatan pada bulan Januari.

“Kami memperkirakan siklus semikonduktor turun sekitar paruh pertama 2023, dan pemulihan yang sehat di paruh kedua tahun ini,” kata CEO TSMC C.C Wei.

--Dengan asistensi Debby Wu.

(bbn)

No more pages