Selama bertahun-tahun, perusahaan teknologi menggunakan AI untuk membuat rekomendasi, mendeteksi konten berbahaya secara online, dan menggerakkan mobil tanpa pengemudi.
Namun, dengan ChatGPT, AI bukan hanya sesuatu yang beroperasi di balik produk; AI adalah produk itu sendiri.
Hampir dalam semalam, orang-orang mulai menggunakan ChatGPT untuk menulis lirik lagu, membuat draf email, meringkas dokumen, dan membuat pidato di pesta pernikahan. Beberapa bahkan menjadikannya sebagai alat terapis pribadi.
Ketika chatbot sebelumnya sering kali mengganggu, ChatGPT, dengan user interface sederhana dan respons warna-warni yang cepat, menjadi sumber kekaguman dan hiburan.
Satu tahun kemudian, ChatGPT digunakan oleh 100 juta orang per minggu, menurut OpenAI.
“ChatGPT adalah titik ketika AI masuk ke dalam kesadaran publik,” kata Luccioni, yang bekerja di perusahaan startup AI HuggingFace. Namun, bersamaan dengan itu, muncul kecemasan terhadap AI.
Ada banyak laporan bahwa ChatGPT, yang dibangun di atas begitu banyak data online untuk menghasilkan respons yang relevan, dapat menyebarkan informasi yang salah. Kecemasan lain adalah melanggengkan bias, mengancam pekerjaan, dan membantu siswa menyontek saat mengerjakan tugas. Banyak sekolah melarang dan membuka kembali layanan tersebut.
Regulator mengadakan dengar pendapat dan pertemuan tentang kecerdasan buatan. Para penulis dan aktor melakukan mogok kerja karena khawatir AI akan merendahkan pekerjaan mereka. Kemudian, banyak pemimpin industri menandatangani pernyataan singkat tentang “risiko kepunahan akibat AI.”
Ketegangan antara janji dan bahaya AI muncul ke permukaan menjelang peringatan satu tahun ChatGPT. OpenAI memecat salah satu pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Sam Altman.
Terjadi perselisihan pendapat dengan dewan direksi tentang seberapa cepat mengembangkan dan memonetisasi kecerdasan buatan, orang-orang yang mengetahui masalah ini sebelumnya mengatakan kepada Bloomberg.
OpenAI dan Altman mencapai kesepakatan agar dia kembali sebagai CEO beberapa hari kemudian setelah pemberontakan oleh karyawan.
Dengan semua “hype pembicaraan seputar AI, Anda menciptakan kecemasan,” kata Fei-Fei Li, seorang pionir di bidang kecerdasan buatan (AI) dan salah satu direktur Institut AI yang berpusat pada manusia di Stanford.
Bagi sebagian orang, AI seperti ChatGPT tiba-tiba menandai masa depan ketika kecerdasan buatan melampaui manusia dan mungkin mendatangkan malapetaka. Bagi yang lain, ChatGPT dan rekan-rekannya hanyalah versi pelengkapan otomatis yang lebih kuat dan dibangun di atas kemajuan AI sebelumnya.
“Ini merupakan titik balik dalam AI tetapi bukan satu-satunya,” kata Li. Meski demikian tidak satu pun dari kekhawatiran tersebut yang menghentikan kemajuan, dan investasi di bidang AI.
Pada tahun sejak ChatGPT diluncurkan, OpenAI telah memperkenalkan model AI yang lebih kuat. Perusahan memiliki opsi untuk membangun pengalaman ChatGPT yang disesuaikan, dan fitur yang memungkinkan chatbot merespons pertanyaan dan perintah hanya lewat ucapannya sendiri.
Sementara itu, semakin banyak perusahaan startup dan perusahaan teknologi besar yang berlomba-lomba untuk mengikutinya.
Para investor menggelontorkan lebih dari US$21 miliar (sekitar Rp327 triliun) ke dalam perusahaan startup AI dalam sembilan bulan pertama tahun ini, naik dari lebih dari US$5 miliar (sekitar Rp78 triliun) tahun lalu, menurut data dari PitchBook.
Sebagian besar dana tersebut berasal dari raksasa teknologi seperti Microsoft Corp, Amazon.com Inc dan Google milik Alphabet Inc, yang mempertaruhkan miliaran dolar AS pada perusahaan startup AI untuk memperkuat posisi mereka di pasar yang berkembang pesat.
Segala kesepakatan tersebut membentuk kembali keseimbangan akan kekuatan di bidang teknologi, dengan Microsoft melesat di depan para pesaingnya dalam perlombaan AI, berkat kemitraannya dengan OpenAI.
Kehebohan tentang AI meluas jauh melampaui industri teknologi. JPMorgan sedang menguji aplikasi AI yang dapat menghasilkan ringkasan pendapatan untuk setiap perusahaan yang dilacak oleh bank dan layanan help desk, yang menyediakan langkah-langkah pemecahan masalah.
Para profesional di bidang kesehatan menggunakan AI untuk otomasi mengubah percakapan pasien menjadi catatan. Perusahaan media mengandalkan AI untuk menulis artikel - membuat beberapa kesalahan dalam prosesnya.
Sedangkan para politisi mulai beralih ke AI untuk penulisan pidato, kampanye, dan penggalangan dana.
Ada 20 kali lebih banyak pekerjaan yang mencantumkan AI dalam judul atau deskripsi pekerjaan sejak ChatGPT diluncurkan, menurut laporan bulan November dari situs lowongan kerja Indeed. Dan peran-peran tersebut tidak hanya terbatas pada industri teknologi.
“Telah terjadi pertumbuhan eksplosif dalam lowongan pekerjaan AI,” kata Nick Bunker, direktur riset ekonomi Indeed wilayah Amerika Utara.
Namun, jumlah peran AI secara keseluruhan masih kecil, hanya enam dari 10.000 lowongan yang diposting di situs lowongan kerja tersebut. Meskipun ChatGPT memulai hiruk-pikuk seputar AI generatif, pasar masih jauh lebih besar.
(bbn)