Blinken mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Kamis (30/11/2023), bahwa "korban besar warga sipil" di utara Gaza tempat pasukan angkatan darat Israel dipusatkan, tidak boleh terulang kembali.
IDF diperkirakan akan mengerahkan pasukan ke wilayah itu dalam upaya menghancurkan Hamas.
Netanyahu dan para politisi Israel sudah berulang kali menegaskan bahwa perang akan kembali dimulai dan gencatan senjata yang dicapai tidak bersifat permanen.
"Tidak ada situasi yang akan membuat kami berhenti berperang hingga tujuan tercapai," ujar Netanyahu, Rabu (29/11/2023).
"Pemerintah Israel mendukung ini. Tentara mendukung. Rakyat pun mendukung," katanya.
Hamas dan Israel sepakat memperpanjang gencatan senjata selama 24 jam mulai Kamis. Gencatan senjata ini sudah berlangsung sejak 24 November lalu.
Qatar yang merupakan perunding utama dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata ini belum mengeluarkan pernyataan setelah masa kesepakatan itu berakhir.
Israel dan Hamas terlibat perang sejak 7 Oktober ketika kelompok yang didukung oleh Iran ini menyerbu wilayah Israel Selatan. Sebanyak 1.200 warga Israel tewas dalam serangan itu dan 240 orang pun diculik. Sementara itu, lebih dari 15 ribu warga Palestina tewas di Gaza akibat serangan balasan dari udara dan darat oleh Israel.
Kesepakatan gencatan senjata itu menetapkan Hamas harus membebaskan sejumlah sandera setiap hari dan Israel membebaskan tahanan Palestina. Selain itu, pengiriman bantuan lebih banyak dari Mesir ke Gaza harus diperbolehkan.
Hamas dan kelompok Islamis lain diperkirakan masih menyandera 130 tahanan di Gaza. Tidak ada keterangan terkait jumlah sandera yang masih hidup termasuk jumlah warga sipilnya.
Perundingan pembebasan sandera yang melibatkan Mesir, AS, dan Qatar itu sebelumnya tidak berjalan lancar. Israel dan Hamas kesulitan mencapai kata sepakat terkait jumlah sandera dan tahanan yang dibebaskan setiap hari.
(bbn)