Penurunan kinerja keuangan Bumi Resources (BUMI) itu memang sudah terlihat dari sisi pendapatan. Bumi Resources, yang sebelum didera isu penambahan porsi kepemilikan oleh Anthoni Salim ini membukukan pendapatan US$1,17 miliar per akhir kuartal tiga tahun ini.
Angka tersebut turun 15,78% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, US$1,29 miliar.
Dileep Srivatstava, Direktur Bumi Resources (BUMI) mengatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan pendapatan perusahaan turun.
Pertama, jelas karena penurunan harga batu bara dunia. Rata-rata harga jual batu bara Bumi Resources (BUMI) sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini turun 28% secara tahunan menjadi US$85,2/ton dari sebelumnya US$118,7/ton.
Kedua, ketidakpastian pasar batu bara. "Faktor terakhir, situasi dan kondisi geopolitik dan ekonomi global," ujar Dileep, Jumat (1/12/2023).
Kondisi-kondisi itu tak mampu dikompensasi oleh volume penjualan yang sejatinya naik 5% secara tahunan.
Tidak menutup kemungkinan, laporan kinerja keuangan Bumi Resources (BUMI) hingga akhir tahun masih tetap melemah. Ini sejalan dengan perkiraan rata-rata harga jual US$80/ton hingga US$90/ton.
Sejalan dengan penurunan kinerja, harga saham BUMI saat ini turun 2 poin atau setara 1,96% ke level Rp100/saham. Sedang saham BYAN turun 200 poin atau setara 1,04% ke level Rp19.075/saham.
Imbas penurunan itu, kekayaan Anthoni Salim dan Low Tuck Kwong masing-masing setara Rp7,14 triliun dan Rp2,69 triliun hanya dalam semalam, berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index. Sebagai catatan, penurunan kekayaan Anthoni Salim juga dipengaruhi oleh harga saham lain selain BUMI.
Meski demikian, keduanya masih masuk jajaran orang terkaya dunia. Kekayaan Low Tuck Kwong mencapai Rp418,5 triliun, sementara Anthoni Salim mencapai sekitar Rp155 triliun.
(mfd/dhf)