Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengisyaratkan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) tidak akan serta-merta menjadi pemegang saham pengendali PT Vale Indonesia Tbk (INCO), setelah proses divestasi 14% saham penambang nikel itu dirampungkan.
Arifin mengatakan, meski MIND ID dipastikan memegang porsi mayoritas saham INCO, dia mengisyaratkan kedua perusahaan tersebut tetap bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan penambangan Vale di Indonesia.
"Mayoritas saham iya [MIND ID], tetapi kan ini harus joint management lah supaya ada governance yang baik," ujar Arifin di kantornya, Jumat (1/12/2023).
Adapun, induk perusahaan INCO, Vale Base Metals Ltd (VBM) sebelumnya memberi sinyal bahwa divestasi 14% saham INCO ke MIND ID tidak akan menggeser posisi Vale Canada Ltd (VCL) sebagai pemegang saham pengendali perusahaan tambang nikel itu.
"Setelah transaksi, VCL akan mempertahankan eksposur ekonomi yang signifikan dengan nonpengendali
kepentingan dan terus memberikan tingkat pengaruh tata kelola yang kuat melalui Dewan Komisaris," papar korporasi tambang mineral itu dalam pernyataan resminya, belum lama ini.
Hal itu terindikasi dari masih dominannya porsi kepemilikan saham VCL di Vale Indonesia, meski sebentar lagi akan resmi melepas 14% saham INCO ke holding badan usaha milik negara (BUMN) sektor pertambangan.
Bahkan, kepemilikan saham VCL di Vale Indonesia hampir setara atau sama besarnya dengan porsi yang dimiliki oleh MIND ID.
Berdasarkan keterangan resmi VBM,selaku induk VCL, setelah proses head of agreement (HoA) divestasi INCO kepada MIND ID di San Francisco pekan lalu, kepemilikan saham Vale Canada terhadap saham INCO ternyata masih sebesar 33,9%, atau hanya beda 0,1% dengan MIND ID.
Adapun, kepemilikan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) makin menciut menjadi 11,5% dari sebelumnya 15,03%.
Meski demikian, hingga saat ini, belum diketahui secara pasti berapa porsi saham yang dilepas oleh VCL dan Sumitomo ke MIND ID.
Dalam kaitan itu, Arifin hanya mengatakan bahwa hal tersebut sesuai dengan negosiasi masing-masing ketiga perusahaan, sebagai pemegang saham terbesar INCO. "Itu tergantung negosiasi masing-masing. Pokoknya [total]14% saja gitu," ujarnya.
Untuk diketahui, HoA divestasi Vale Indonesia diteken di sela Pertemuan Pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik 2023, Jumat pekan lalu, dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Presiden Indonesia Joko Widodo, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo, serta pejabat pemerintah lainnya.
VBM mengeklaim perjanjian tersebut mengguntungkan bagi Vale lantaran lantaran membuka jalan bagi pembaruan izin pertambangan INCO di Indonesia selepas 2025, yang selanjutnya memungkinkan investasi Vale dan proyek-proyek pertumbuhan baru di Bahodopi, Sorowako dan Pomalaa.
Secara keseluruhan, menurut VBM, kesepakatan tersebut mewakili investasi sebesar US$8,6 miliar (sekitar Rp133,77 triliun) untuk Indonesia.
“Indonesia dan PT Vale akan tetap menjadi pendorong penting pertumbuhan produksi nikel global VBM, yang berpotensi meningkat hingga lebih dari 300 kt/tahun dari sekitar 175 kt/tahun saat ini,” papar VBM dalam pernyataan mereka belum lama ini.
Adapun, transaksi divestasi ke MIND ID diharapkan selesai pada 2024, tergantung pada kondisi penutupan kesepakatan yang lazim.
(ibn/wdh)