"Investasi portofolio ke Indonesia melihat perbedaan yield di dalam dan luar negeri. Jadi mari kita lihat yield differential itu masih menarik. Kami dan Menteri Keuangan menjaga yield differentiation. Dampak nilai tukar bukan karena policy rate," jelasnya.
Mulai awal Maret, tambah Perry, BI akan menerapkan aturan baru yaitu pewajiban penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan dalam negeri. BI memberikan insentif berupa suku bunga yang semakin kompetitif jika DHE semakin lama bertahan di Indonesia.
"Kami berikan agent fee yang lebih tinggi," ujarnya.
Saat DHE berputar di perekonomian nasional, maka diharapkan rupiah bisa kembali menguat. Prospek rupiah, demikian Perry, bisa lebih baik lagi saat ketidakpastian global mereda.
"Untuk nilai tukar, kami yakin akan menguat once ketidakpastian mulai mereda, dan kembali pada funfamental. Prospek (pertumbuhan) ekonomi Indonesia baseline 4,9 % tetapi bisa 5% atau 5,1%. Komitmen BI menstabilkan nikai tukar rupiah, stabilitas moneter akan kami jaga," katanya.
Secara year-to-date hingga kemarin, rupiah masih membukukan penguatan sekitar 2% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun sejak awal Februari, rupiah melemah hampir 2% dan kembali ke atas Rp 15.200/US$.
(aji)
