"Jadi secara garis besar untuk gabah di tingkat produsen atau di tingkat petani mengalami penurunan secara mtm. Namun ketika kita cek untuk di tingkat grosir dan pengecer, ini justru mengalami kenaikan," kata Edy dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (1/12/2023).
Di tingkat grosir, harga beras masih naik 0,49% mtm dan 21,5% yoy. Sedangkan di tingkat eceran, harga naik 0,43% mtm dan 19,2% yoy.
Tertahannya harga gabah di tingkat petani, lanjut Edy, disebabkan oleh sejumlah wilayah penghasil mulai panen. "Harga gabah mulai turun walau tipis, pada November memang belum signifikan," tutur Edy.
Namun ke depan, tambah Edy, diperkirakan penurunan harga beras di tingkat petani akan lebih tertransmisikan ke tingkat penggilingan dan pengecer.
Faktor lain, menurut Edy, adalah realisasi impor beras. "Bertambahnya pasokan impor bisa menahan inflasi beras dan menciptakan efek psikologis," ujarnya.
Ke depan, demikian Edy, diperkirakan terjadi penigkatan produksi pada Januari sampai Maret 2024. Jika produksi mampu mencukupi kebutuhan, maka harga beras akan lebih terkendali.
"Kita harap tahun depan tidak terjadi lagi kenaikan harga beras seperti tahun ini," tegas Edy.
(aji)