“Tren pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan komentar dovish dari para pejabat The Fed (Federal Reserve, bank sentral AS) telah mengangkat harga emas. Resisten selanjutnya mungkin akan menembus rekor tertinggi seperti yang terjadi pada 2020,” tegas Giovanni Staunovo, Analis UBS, seperti diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), emas memang sedang bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 72,02. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun investor perlu waspada karena indikator Stochastic RSI menunjukkan angka 100. Sudah maksimal, sudah di atas 80, sudah jenuh beli (overbought).
Dengan demikian, risiko koreksi harga emas pun meninggi. Target support terdekat ada di US$ 2.019/ons. Jika tertembus, maka bukan tidak mungkin harga turun lagi ke arah US$ 2.002/ons.
Sementara resisten terdekat ada di US$ 2.059/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik menuju US$ 2.069/ons.
Sebagai catatan, harga emas menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada Agustus 2020 yaitu di US$ 2.054,62/ons. Jadi benar kata Staunovo, resisten selanjutnya akan membuat harga emas mencetak rekor baru.
(aji)