Ini karena keduanya dianggap sebagai safe haven. Ketika ketidakpastian global tinggi dan ada ancaman resesi sebagaimana ketika pertama-tama dunia terbekap pandemi Covid-19, harga emas biasanya melambung. Sebaliknya, ketika ada sentimen terkait arah bunga acuan The Federal Reserves yang bisa mempengaruhi arah bunga di seluruh dunia, pelaku pasar memilih mengamankan aset mereka di aset dolar AS.
Bila di pasar global harga emas mengalami tekanan akibat sentimen The Fed, maka di pasar dalam negeri harga emas batangan tertahan. Misalnya, harga logam mulia Antam ukuran 1 gram masih tertahan di level Rp 1,052 per gram, sama dengan harga Senin kemarin.
Sedangkan harga emas produksi PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) mencatat kenaikan untuk pecahan 1 gram dibanderol Rp 987.000.
Harga emas pegadaian yang memungkinkan pembeli menyicil pembelian emas mulai 0,01 gram, masih menetapkan harga jual di level Rp 9.300 per 0,01 gram.
Stagnan harga emas batangan di pasar dalam negeri dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jadi, walaupun di pasar spot global harga emas melemah, akan tetapi karena harga dolar AS melejit maka penurunan harga emas batangan di pasar domestik tidak sedalam harga global.
(rui)
