"Saya mendengar dari banyak pelaku usaha, kelihatannya peredaran uang makin kering. Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk beli SBN atau SRBI atau SVBI, sehingga yang masuk ke sektor riil jadi berkurang," kata Jokowi.
Maka itu, Kepala Negara meminta pelaku jasa keuangan untuk tidak menempatkan dana yang terlalu besar pada ketiga instrumen moneter, dan bersedia menaruh dana di sektor riil melalui penyaluran kredit secara gencar.
"Jangan semuanya ramai-ramai beli SBN, SRBI, dan SVBI, meskipun boleh-boleh saja, tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun lalu," ujar Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini sepakat bahwa perbankan harus hati-hati dalam melangkah. Namun, dia mengimbau perusahaan tak perlu terlalu protektif dalam menyalurkan kredit, karena akibatnya perputaran dana di sektor riil menjadi kering.
"Saya ajak seluruh bank harus prudent dan hati-hati, tapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama UMKM," kata Jokowi.
Pada hari yang sama, Presiden Jokowi menginstruksikan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah untuk menggunakan anggaran sesegera mungkin dengan disiplin dan tepat sasaran. Terlebih, di tengah situasi geopolitik yang makin memanas, dampak perubahan iklim yang makin terlihat, serta potensi krisis dan resesi yang makin menguat.
Hal ini disampaikan Kepala Negara dalam penyerahan secara digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2024, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (29/11/2023).
“Sejak awal 9 tahun yang lalu saya ingin mengubah ini, tapi ternyata saya cek lagi masih memang mengubah cara kerja, mengubah mindset tidak mudah. Sekali lagi, eksekusi sesegera mungkin, lakukan belanja sesegera mungkin,” tegasnya.
Tak hanya menyerap anggaran dengan segera, Jokowi juga meminta agar pengelolaan anggaran dilakukan dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas.
(lav)