Oleh karena itu kembalinya Liga 1 pascapandemi akan berpotensi menciptakan nilai ekonomi yang lebih besar. Diprediksi Rp 2,6 triliun-Rp 2,7 triliun, nominal itu jauh di atas angka ekonomi sebelum pandemi. Angka ini jelas amat besar. Bisa dibandingkan dengan nilai pasar musik streaming di Indonesia tahun 2020 misalnya menurut lembaga riset dan statistik menyebutkan pendapatan atau nilai pasar musik streaming di Indonesia tembus sebesar US$ 148 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun sebagaimana dilansir oleh laman resmi Kemenparekraf.
Dari sisi ekonomi, produk akhir sepak bola ada di stadion dan siaran pertandingan. Perputaran uang di stadion bisa dirunut mulai dari sewa stadion, pembelian tiket, transportasi dan biaya makan-minum penonton, merchandise baik kostum hingga pernak-pernik. Sementara untuk tontonan di televisi maka perputaran uangnya ada di industri penyiaran, periklanan dan teknologi informasi.
Uang itu akan berputar lagi dan menggerakkan ekonomi di sektor-sektor lain. Sedikitnya dicatat ada 16 sektor yang ikut bergerak secara ekonomi akibat pertandingan sepak bola. Dampak ekonomi yang tercipta secara nasional mencapai Rp 2,6 triliun dengan penciptaan 25 ribu kesempatan kerja.
Tabelnya bisa dibaca di bawah ini :
Setelah pandemi, LPEM juga mencatat nilai ekonomi kompetisi Liga 1 akan lebih besar dari sebelumnya. Nilai ekonomi yang dimaksud yakni dari pendapatan yang diterima oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai penyelenggara, pendapatan klub-klub baik dari siaran maupun sponsor.
Sebagai gambaran, BRI selaku sponsor resmi Liga 1 telah menggelontorkan angka Rp 100 miliar tahun lalu. Diperkirakan angkanya naik pada musim berikutnya. Adapun Emtek sebagai pemilik hak siar diasumsikan memperoleh pendapatan iklan senilai Rp 354 miliar pada 2019. Pendapatan tersebut 2 kali lipat dari nilai hak siar yang diberikan Emtek ke operator kompetisi sebesar Rp 177 miliar. Angka itu juga diperkirakan naik pada 2022-2023.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi Liga 1 membenarkan, nilai hak siar berikut nilai dari sponsor utama biasanya naik angkanya dari satu musim ke musim berikutnya.
Liga 1 merupakan kompetisi kasta tertinggi di Indonesia yang terdiri dari 18 klub. Seluruh peserta Liga 1 menjadi pemegang 99% saham LIB. Sisa saham sebesar 1% menjadi milik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) selaku federasi.
"Setiap tahun memang ada review dan ada peningkatan karena harga pemain juga begitu kan. Meningkat terus setiap musim," kata Deputy Director of Competitions PT Liga Indonesia Baru (LIB) Asep Saputra saat dihubungi Bloomberg Technoz, Minggu (26/2/2023) soal hak siar dan nilai sponsor.
Adapun 18 klub dalam Liga 1 yakni PSIS Semarang, Borneo FC Samarinda, Madura United FC, PSS Sleman, PS Barito Putra, Bali United FC, RANS FC, Arema FC, PSM Makassar, Persita Tangerang, Bhayangkara FC, Persija, Persikabo 1973, Persib Bandung, Persis Solo, Persebaya, Persik Kediri, Dewa United.
Uang di Klub
Selain perputaran uang di operator kompetisi, perputaran uang juga terjadi di klub-klub Liga 1.
Simulasinya sebagai berikut. Dalam satu musim dengan konsep full league diketahui ada 306 pertandingan dan 34 match week. Dengan adanya 18 klub maka setiap klub berhak menggelar laga kandang sebanyak 17 kali. Ketika bertindak sebagai tim tuan rumah, suatu klub bisa mendapatkan revenue antara lain dari penjualan tiket, sewa stadion hingga sponsor. Sementara LIB dalam pertandingan tersebut hanya mengambil pendapatan dari sentralized commercial, title sponsor hingga bentuk kesepakatan lain dengan klub tuan rumah.
"Klub pasti diberi keleluasaan, untuk di jersey misalnya. Kalau di jersey kita (LIB) kan hanya ambil logo kompetisi saja di kanan (lengan)," kata dia lagi.
Selain area yang wajib diberikan logo kompetisi dari sponsor sentral, maka area lain menjadi perputaran ekonomi sendiri untuk klub. Pada kondisi tersebut, klub bisa mencari sponsor di luar BRI. Stadion pada match day dan tiket sepenuhnya menjadi pendapatan klub. Area lapangan juga bisa digunakan untuk pendapatan dari sponsor sendiri. Tak hanya dari stadion, penjualan tiket dan sponsor, klub juga bisa melakukan penjualan aneka produk mulai dari makanan dan minuman hingga merchandise.
Direktur Utama (Dirut) PSM Makassar, klub yang tengah memuncaki klasemen Liga 1, Sadikin Aksa mengatakan dalam satu musim revenue klubnya bisa 40%-50% dari sponsor lokal kemudian 25% dari penjualan tiket, 15% dari merchandise kemudian 10% dari subsidi dari PT LIB. Sebagai catatan, PT LIB mengartikan subsidi sebagai kontribusi komersial.
"Untuk sekarang masih dari sponsor," kata Sadikin Aksa kepada Bloomberg Technoz, Senin malam (27/2/2023).
Sementara untuk strategi pascapandemi, dia berharap jadwal dan perizinan untuk musim berikutnya bisa keluar jauh-jauh hari. Hal itu akan memudahkan pihaknya memikirkan strategi bisnis.
"Seperti halnya industi yang lain, jadwal dan izin menjadi poin penting dalam membuat strategi," tutupnya.
Sementara Presiden Persija Jakarta Mohamad Prapanca mengatakan, yang pasti kisaran revenue tiap klub dalam satu musim bisa tembus puluhan miliar. Persija menyatakan yang paling besar datang dari sponsor.
"Total musim ini kami berkerja sama dengan 12 brand yang menopang kami dari aspek finansial. Kami sangat berterima kasih kepada para sponsor yang berkomitmen membantu perjuangan Persija musim ini," kata Prapanca.
Selanjutnya pendapatan berasal dari penjualan tiket pertandingan laga kandang Persija. Dia mengakui sumber revenue sedikit terkendala karena Liga 1 2022/2023 sempat menggunakan sistem bubble di mana mereka tak menggelar laga kandang. Namun demikian pemasukan dari tiket penonton tetap menjadi bagian penting.
Secara umum dampak ekonomi sepak bola tidak hanya berada di putaran kompetisi dan penyiaran. Ada dua industri lain yang sebenarnya terdampak cukup besar. Kepala Pusat Kajian Iklim Usaha LPEM FEB UI menjelaskan nilai perputaran ekonomi juga besar di industri kebugaran dan gaya hidup.
"Saya perlu update bahwa industri bola itu seharusnya 4 jenis kalau dianalisis saya baru 2 jenis. Kemudian angka-angka akan saya update semua mungkin dalam beberapa bulan ke depan," kata Revindo pada Selasa pagi (28/2/2023) lewat sambungan telepon.
Dampak pengganda (multiplier) menggunakan analisis input-output BPS (LPEM UI):
(ezr/hps)