Wakil Presiden Vale Indonesia Andriansyah Chaniago menambahkan, meski sedang ditekan dari sisi harga, INCO tidak berencana merevisi target produksi tahun ini. Alih-alih, perusahaan akan tetap mengoptimalkan produksi di level eksisting untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.
“Pada saat bersamaan, kami juga ingin mengoptimalkan biaya produksi kami, tidak terpengaruh dengan isu divestasi [saham 14% ke MIND ID] kami,” tegasnya.
Bagaimanapun, dia tidak mengelak bahwa tren penurunan harga nikel menjadi tantangan bagi INCO dalam memacu produksi. “Namun, kami masih mempunyai margin yang cukup untuk booking laba, sehingga tidak ada revisi produksi dalam rencana kami.”
Dia menyebut perseroan diuntungkan dengan turunnya biaya produksi yang terjadi bersamaan dengan kemerosotan harga nikel. Di sisi lain, harga jual nikel INCO mencapai 78% dari harga di London Metal Exchange (LME).
“Jadi kalau dikalikan 78.000 ton, itu batas biaya produksi kami. Kalau sudah melewati itu, baru it is not making profit. Kalau dilihat, biaya produksi kami masih di bawah angka US$10.000/ton,” ujar Andriansyah.
Dia menyebut biaya produksi yang rendah tersebut ditopang oleh upaya perusahaan memangkas ongkos dan konsumsi energi, mengoptimalkan bauran energi baru dengan minyak, dan mendapatkan sumber energi yang kompetitif.
“Dari ketiga [upaya] ini, kami harap biaya produksi bisa kami jaga dalam level yang efisien sehingga margin yang ada masih bisa dijaga ke depannya. Untuk 2024, tentu saja kami harus optimistis ya, tidak ada alasan untuk kami pesimistis,” ujarnya.
Sepanjang kuartal I—III tahun ini, Vale Indonesia merealisasikan produksi sebanyak 17.973 ton nikel, dengan harga realisasi rata-rata Vale masing-masing sebesar AS$16.204 dan AS$18.596 per ton. Harga tersebut merosot sebesar 10% dan 6% bila dibandingkan dengan harga realisasi rata-rata masing-masing pada semester I-2023 dan kuartal I—III 2022.
Perseroan berhasil mencatat peningkatan penjualan sebesar 7% selama 9 bulan pertama tahun berjalan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang didorong oleh peningkatan volume pengiriman nikel dalam format matte.
Dari sisi kinerja keuangan, INCO membukukan laba sebesar AS$221,1 juta pada kuartal I—III, naik secara tahunan dari AS$168,4 juta didukung oleh volume produksi dan penjualan yang lebih tinggi.
Selain itu, selama Januari—September 2023, INCo telah menginvestasikan belanja modal sebesar AS$182,7 juta, meningkat dari AS$127,7 juta yang dikeluarkan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan ini terutama dialokasikan untuk belanja modal keberlanjutan dan pertumbuhan. Meskipun terdapat pengeluaran yang lebih tinggi, perseroan tetap mampu mengelola kas secara hati-hati dan melaporkan saldo kas dan setara kas sebesar AS$768,4 juta pada 30 September 2023, naik dari AS$719,9 juta pada 30 Juni 2023.
(wdh)