Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg, Setelah sempat tergelincir pada hari Selasa, Bitcoin kembali menunjukkan fase rebound ke level US$38.000-an. Investor pasar aset digital masih memandang prospek industri tetap bullish dan mempercayai reli terus berlangsung. Analis menilai kenaikan Bitcoin bisa menuju level US$45.000.

Pasar aset digital dipercaya memiliki kekuatan baik dari sisi fundamental ataupun teknikal. Bahkan di luar isu disetujuinya produk ETF Spot Bitcoin, Leo Mizuhara, CEO platform manajemen aset digital Hashnote, percaya Bitcoin bisa melaju hingga US$45.000.

“Bitcoin dapat melewati US$45.000 dalam waktu dekat dengan momentum bahwa investor melihat penurunan sebagai waktu untuk akumulasi,” kata Leo dilansir Barrons, sebagaimana dipublikasikan Dow Jones. Dukungan stabiltias makro turut mempertahankan prediksi pertumbuhan atas Bitcoin dalam waktu dekat.

Bitcoin mengalami kenaikan 3% dalam 24 jam terakhir, seperti terekam dalam data CoinGecko. Indikator pertumbuhan lain juga seluruhnya positif, seperti telah terjadi kenaikan 4,5% dalam rentang waktu seminggu terakhir. Hingga pukul 14:00 WIB koin digital paling berharga saat ini berada pada kenaikan 0,3% dalam satu jam terakhir.

Sejumlah analis dilaporkan percaya bahwa fase kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS atau Federal Reserve telah selesai. Bahkan pengambil kebijakan dapat memangkas biaya pinjaman awal tahun depan, sebagai langkah yang akan sangat mendukung pertaruhan yang sensitif terhadap risiko seperti token dan saham teknologi.

Meski demikian, “Fase konsolidasi jangka pendek menahan Bitcoin,” kata Katie Stockton, managing partner perusahaan riset Fairlead Strategies. 

“Bitcoin akan menyelesaikan fase konsolidasi lebih tinggi dengan pergerakan di atas sekitar US$38,000, yang akan bertindak sebagai katalisator untuk pengujian sekitar US$42,200 ... Indikator jangka panjang kami telah menunjukkan peningkatan, tetapi mereka belum secara tegas bullish. Penembusan di atas sekitar US$42.200 akan menegaskan pembalikan bullish jangka panjang.”

Ilustrasi Bitcoin. (Dok: Bloomberg)

Kepercayaan atas potensi kenaikan Bitcoin juga didasari atas pertaruhan bahwa the Fed  akan menurunkan biaya pinjaman jika inflasi terus menurun, dilaporkan Bloomberg News, sehingga level BTC kini telah kembali di atas US$38.000. Pada Rabu (29/11/2023) pagi waktu Indonesia Bitcoin mengalami kenaikan 3,3% menjadi US$38.264 namun terjadi koreksi terbatas hingga siang hari. 

Pada Jumat minggu lalu Bitcoin sempat berada di US$38.422, yang menunjukkan level tertinggi dalam 18 bulan. “Ketika suku bunga turun, investor akan kembali ke aset berisiko untuk mencari imbal hasil yang lebih baik,” kata Michael Safai, partner dari perusahaan trading Dexterity Capital. 

“Ini, ditambah dengan momentum yang telah dibangun kripto dalam beberapa bulan terakhir dengan ETF dan menempatkan FTX di kaca spion, membuat para pedagang merasa bahwa kondisi kenaikan akan terjadi segera bersamaan.”

Bitcoin kembali reli ke level US$38.000. (Dok: Bloomberg)

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan terdapat perlambatan aktivitas ekonomi baru-baru ini, yang mungkin mengindikasikan kebijakan bank sentral cukup ketat. Dia membuat komentar tersebut sebagai bagian dari pidato yang dipersiapkan pada hari Selasa pada acara di American Enterprise Institute di Washington. 

Bitcoin telah menguat lebih dari 40% sejak awal Oktober di tengah ekspektasi bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui ETF Bitcoin untuk kali perdana di bursa tradisional. Bitcoin naik sekitar 130% tahun ini, setelah jatuh 64% selama tahun 2022. 

Sementara itu, SEC mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka menginginkan lebih banyak feedback dari publik tentang aplikasi Franklin Templeton.

Optimisme ini juga telah membantu meningkatkan saham-saham kripto seperti operator bursa Coinbase Global Inc, penambang Marathon Digital Holdings Inc. dan ETF Poxy MicroStategy Inc. Saham ketiganya telah menguat lebih dari 250% tahun ini.

- Dengan asistensi David Pan.

(bbn/wep)

No more pages