Makin memperkuat harapan bahwa siklus kenaikan suku bunga saat ini oleh Bank Sentral telah selesai.
Christopher Waller, salah satu pejabat The Fed yang paling hawkish, mengatakan kebijakan telah diposisikan dengan baik untuk mengembalikan inflasi ke target 2% The Fed, menunjukkan bahwa pembuat kebijakan mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga lagi.
Michelle Bowman juga mengatakan bahwa dia tetap bersedia mendukung kenaikan suku bunga jika kemajuan inflasi terhenti, namun tidak mendukung kenaikan bulan depan.
Pembuat kebijakan memutuskan secara bulat untuk menjaga suku bunga tetap dalam kisaran 5,25% hingga 5,5% untuk pertemuan kedua berturut-turut bulan ini. Laporan ekonomi terkini telah memperkuat keyakinan pengamat The Fed bahwa Bank Sentral telah selesai menaikkan suku bunga dan telah mendorong ekspektasi untuk pemotongan suku bunga pertama.
Gubernur The Fed Chicago, Austan Goolsbee, dalam pidatonya, mengatakan perlambatan inflasi tahun ini merupakan penurunan terbesar dalam 71 tahun. Presiden Federal Reserve New York, John Williams, dalam publikasi Bank for International Settlements yang dirilis pada hari Selasa, juga menyebut penurunan tersebut menggembirakan.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor tetap yakin Federal Reserve sudah selesai dengan siklus kenaikan suku bunga acuan. Bersamaan dengan pelaku pasar memprediksi 95% peluang Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan mereka bulan depan dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan dimulai di pertengahan 2024.
“Para pejabat tinggi bank sentral telah berusaha menekan ekspektasi bahwa penurunan suku bunga acuan akan segera terjadi dengan berulang kali menegaskan bahwa suku bunga perlu tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan untuk mengalahkan lonjakan inflasi,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG kembali menguat 0,4% dan ditutup di 7.041, penguatan IHSG pun disertai dengan munculnya volume pembelian.
“Saat ini, diperkirakan IHSG sudah berada di akhir wave v dari wave (i) sehingga penguatan IHSG pun sudah relatif terbatas dan rawan terkoreksi untuk membentuk wave (ii) dari wave [iii],” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (29/11/2023).
Herditya juga memberikan catatan, ada potensi koreksi dari IHSG akan menguji rentang area terdekat di 6.966-7.000.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham AMMN, ANTM, BRMS dan EXCL.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG diperkirakan akan menguat, dengan menguji resistance di 7.050 pada perdagangan hari Rabu (29/11). Meskipun secara teknikal, IHSG masih berada dalam overbought area di Stochastic RSI.
“Indeks-indeks Wall Street berbalik menguat di Selasa (28/11). Penguatan ini dipicu oleh keyakinan dari salah satu Gubernur The Fed, Christopher Waller bahwa posisi suku bunga saat ini cukup untuk memperlambat ekonomi dan menekan inflasi kembali ke 2% yoy. Pernyataan ini keluar setelah U.S. CB Consumer Confidence justru mencatatkan kenaikan ke 102 di November 2023 dari 99,1 di Oktober 2023. Dengan demikian, keyakinan pasar bahwa Fed Rate telah mencapai puncaknya justru semakin kuat,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham unggulan MDKA, MEDC, BRIS, ADRO, ESSA, TPIA, dan BBNI.
(fad/ezr)