Logo Bloomberg Technoz

Data terbaru menunjukkan penjualan rumah dengan proses yang hampir selessai (pending home sales) naik 1,8% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) pada Januari 2023. Ini menjadi yang tertinggi sejak Juni 2020, dan bisa membuat The Fed tetap hawkish.

Kemudian, pemesanan barang tahan lama turun 4,5% mtm pada Januari 2023, penurunan terdalam sejak April 2020 karena penurunan pemesanan pesawat komersial. Namun jika mengeluarkan peralatan transportasi, pemesanan barang tahan lama masih naik 0,7% mtm. Pemesanan barang modal juga naik seiring dunia usaha terus berinvestasi meski di tengah ketidakpastian.

“Saat ini pelaku pasar sedang berhitung ulang di mana ada kekhawatiran bank sentral masih punya banyak tugas. Pandangan kami adalah masih ada waktu untuk berhitung. Jadi bisa saja pasar saham berisiko turun atau suku bunga yang berisiko kian tinggi,” kata Sam Lynton-Brown, Global Head of Macro Strategy di BNP Paribas, dalam wawancara bersama Bloomberg Television.

Dalam jangka pendek, dua skenario itu bisa berjalan bersamaan jika pasar melihat prospek arah kebijakan The Fed yang lebih hawkish, tambahnya.

Catatan JPMorgan menyebut imbalan yang didapat dari mengambil risiko di pasar saham masih sedikit. “Imbalan untuk mengambil risiko di pasar obligasi lebih baik ketimbang saham,” tulis mereka.

Untuk saat ini, proyeksi yang lebih optimistis terhadap laporan keuangan emiten membantu meredakan kekhawatiran, meski pertumbuhannya mungkin melambat. Namun ini bisa menyebabkan investor terjebak di ‘bull trap’, menurut US Chief Equity Strategist Morgan Stanley Michael Wilson. Pandangan serupa dikemukakan Kepala Ekonom Apollo Global Management Torsten Slok.

“Sejak 2008, investor diajarkan bahwa mereka harus membeli saat harga sedang murah. Namun sekarang berbeda, karena inflasi tinggi. Pasar kredit dan saham juga meremehkan komitmen The Fed dalam menggiring inflasi menuju 2%,” tulis Slok.

No more pages