Logo Bloomberg Technoz


Petrindo, khususnya, merupakan salah satu kelompok saham Indonesia yang membukukan kenaikan dan pergerakan yang tidak dapat dijelaskan pada tahun ini, sehingga memberikan keuntungan bagi para pendukungnya dan menyebabkan pengawasan regulasi.

Termasuk Petrindo, perusahaan-perusahaan yang memulai debutnya di bursa Asia tahun ini setelah mengumpulkan dana hingga US$100 juta telah memperoleh rata-rata keuntungan sebesar 43% sejak listing.

“Perusahaan telah menunjukkan inisiatif diversifikasi yang agresif melalui pertambangan emas dan pertambangan nikel, yang mungkin dianggap pasar sebagai kisah pendorong pertumbuhan,” kata Alif Ihsanario, analis sektor pertambangan di MNC Sekuritas.

“Investor mengikuti momentum reli Prajogo Pangestu tahun ini,” tambahnya.

Keuntungan Petrindo menyebabkan beberapa kali penghentian perdagangan dan membuat valuasinya meroket. Saham CUAN diperdagangkan sebanyak 114 kali lipat dari pendapatan tahunannya untuk kuartal yang berakhir pada bulan Juni dibandingkan dengan kelipatan price-to-earnings yang sebesar 16 kali lipat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Volume perdagangan harian rata-rata sekitar 32 juta saham sejak pencatatan.

Permintaan melalui WhatsApp untuk meminta komentar dari Presiden Direktur Petrindo Michael tidak segera dijawab.

Kenaikan harga saham telah memberikan rezeki nomplok bagi Pangestu, yang merupakan orang terkaya ketiga di Indonesia, menurut Bloomberg Billionaires Index. Dia memperoleh kekayaannya dari kepemilikan saham pengendali di PT Barito Pacific, sebuah perusahaan pembangkit listrik dan petrokimia yang berbasis di Jakarta. Salah satu unit grupnya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), juga melonjak sejak listing bulan lalu.

Ada optimisme bahwa kebangkitan Petrindo akan terus berlanjut. Perjanjian yang diumumkan oleh perusahaan dalam beberapa bulan terakhir termasuk pembelian 34% saham di perusahaan teknik PT Petrosea dan mengakuisisi perusahaan batubara Multi Tambangjaya Utama, serta melakukan diversifikasi ke pertambangan emas.

Petrindo, yang beroperasi di Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat, melaporkan penjualan sebesar 1,04 triliun rupiah (US$67 juta) pada kuartal yang berakhir Juni.

“Hanya waktu yang akan menentukan apakah saham tersebut saat ini dinilai terlalu tinggi atau harganya menarik,” kata Mohit Mirpuri, Fund Manager di SGMC Capital Pte., yang tidak memiliki saham tersebut.

(bbn)

No more pages