Reclaim Fiance tidak memberikan penjabaran pihak mana saja yang memperoleh pendanaan, Mereka menyebut tidak bisa memperoleh data per proyek.
Komitmen terhadap net-zero karbon “semestinya butuh lembaga keuangan yang mengatakan kepada kliennya bahwa mereka menarik dukungan,” tegas Paddy McCully, sang penulis laporan.
Laporan Reclaim Finance juga menemukan bahwa BlackRock Inc adalah pendukung ekspansi perusahaan bahan bakar fosil. Lembaga investasi ini memegang lebih dari US$ 190 miliar (Rp 2.853,61 triliun) obligasi dan saham perusahaan migas dan batu bara.
Untuk Vanguard Group, nilainya adalah US$ 184 miliar (Rp 2.763,49 triliun).
“Laporan ini mempertanyakan kredibilitas dan kegunaan GFANZ. Peran pemerintah sangat dibutuhkan,” kata McCully.
Sementara Juru Bicara GFANZ menyatakan laporan Reclaim Finance berfokus kepada aspek transisi energi. “Memang masih banyak yang harus dilakukan. Para anggota akan memberikan gambaran detail bagaimana mereka akan melakukan transisi pendanaan kepada sektor energi,” tulis Juru BIcara GFANZ dalam surat elektronik.
Juru Bicara Citi enggan memberikan komentar. Sedangkan BofA tidak memberi komentar saat naskah berita diturunkan.
Juru BIcara BlackRock menyatakan perang di Ukraina adalah “pengingat bahwa proses transisi energi menghadapi tantangan dan bisa mendorong peningkatan permintaan bahan bakar fosil dalam jangka pendek”.
Korporasi terjebak di tengah-tengah dalam mendukung industri migas. Partai Republik di Amerika Serikat (AS) tidak segan-segan menghukum perusahaan yang keras terhadap industri migas.
BlackRock sudah diasingkan di negara bagian yang ‘merah’ (basis Partai Republik). Lembaga itu kemudian merespons dengan pernyataan tidak memboikot industri energi dan berinvestasi US$ 170 miliar (Rp 2.553,230 triliun) di perusahaan energi AS.
(aji)