Logo Bloomberg Technoz

Sekadar catatan, AI meliputi 74% produksi Grup Adaro pada 9M23.

Dengan demikian, beban pokok pendapatan ADRO naik 17% yoy menjadi US$,99 miliar, terutama karena beban royalti AI yang lebih tinggi daripada pada periode yang sama tahun lalu.

“Biaya penambangan dan biaya pengolahan batu bara juga naik karena adanya kenaikan volume. Pengupasan lapisan penutup naik 25% menjadi 217,43 juta bcm, dan nisbah kupas tercatat sebesar 4,29x, atau naik 12% yoy.”

Adapun, total biaya bahan bakar naik 18% akibat kenaikan 33% pada konsumsi bahan bakar. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada kuartal I—III naik 11% yoy.

Gedung Perkantoran Adaro (Sumber Website Perusahaan)

Fokus Produksi Metalurgi

Terkait dengan produksi, ADRO juga berencana memaksimalkan dan fokus pada produksi batu bara metalurgi atau kokas (coking coal) bersamaan dengan perusahaan lain yang akan mulai beralih ke pembangkit energi baru terbarukan (EBT).

Chief Financial Officer ADRO Lie Luckman mengatakan saat ini perseroan masih mempunyai target produksi yang cukup ambisius untuk batu bara jenis termal dan kokas.

"Kita punya 4 tambang batu bara. Produksi 2023 itu targetnya adalah 62 sampai 64 juta ton, termasuk dengan coking coal. Kita merasa akan bisa mencapai apa yang kita targetkan. Kita berharap untuk coking coal ini bisa meningkat terus," ujarnya dalam paparan publik secara daring, Selasa (28/11/2023).

Lie mengelaborasi perseroan juga ke depan ingin lebih memacu produksi batu bara kokas demi memberikan nilai tambah terhadap pendapatan grup hingga 2030.

"Batu bara kokas harganya kan jauh lebih tinggi, sehingga dari segi volume kita berharap kontribusi [pendapatan] dari situ makin besar," jelasnya.

Selain itu, kata Lie, kini Adaro juga tengah memacu konstruksi megaproyek fasilitas pemurnian atau smelter aluminium di Kawasan Industri Kalimantan Utara (Kaltara).

Dia berharap, proyek yang bakal memproduksi sebanyak 1,5 juta ton aluminium itu akan menambah pendapatan perusahaan ke depan. "Jadi dari 2 sektor ini kontribusinya sangat besar."

Sekadar catatan, sepanjang kuartal I—III tahun ini, ADRO mencatat pertumbuhan 11% pada volume penjualan menjadi 49,12 juta ton, dengan pendapatan turun 16% yoy menjadi US$4,98 miliar, karena penurunan 25% pada harga jual rata-rata (ASP).

ADRO mencatat laba inti US$1,41 miliar dan EBITDA operasional US$1,94 milir. Sejalan dengan rencana investasi, belanja modal naik 71% menjadi US$473 juta. Belanja modal Posisi keuangan ADRO diklaim tetap sehat dengan posisi kas bersih sebesar US$1,83 miliar per akhir kuartal III-2023.

(wdh)

No more pages