Zuma juga mengataka, hasil dari penelitian membantu Afrika Selatan merancang program-program yang spesifik secara regional, serta dapat memberikan "pembelajaran" bagi negara-negara lain yang berjuang melawan wabah ini.
Berikut beberapa temuannya:
-Orang berusia 15 tahun ke atas yang hidup dengan virus di Afrika Selatan, 90% menyadari status HIV-Positif yang mereka derita, 91% dari mereka menyadari status mereka yang harus mengonsumsi obat antiretroviral, dan virus ditekan pada 94% dari mereka yang menggunakan terapi ini.
-Peningkatan penerimaan pengobatan mengikuti perubahan dalam panduan tahun 2016 yang menyatakan bahwa siapa pun yang terinfeksi HIV dapat segera mendapatkan akses ke pengobatan, sementara sebelumnya hanya orang yang sudah cukup sakit yang diberikan ARV.
-Hingga tahun lalu, separuh dari pria berusia 15-24 tahun telah menjalani sunat medis, dibandingkan dengan 43% pada tahun 2017. Ini signifikan karena penelitian telah menunjukkan bahwa sunat pada pria dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan heteroseksual sekitar 60%.
-Meskipun begitu, dibandingkan dengan pria dalam kelompok usia yang sama, prevalensi HIV sekitar dua kali lebih tinggi pada wanita berusia 15-24 tahun dan tiga kali lebih tinggi pada mereka yang berusia 25-29 tahun.
-Meskipun lebih banyak bayi yang lahir HIV-negatif, karena kekerasan berbasis gender dan tingginya angka kehamilan remaja, perempuan muda termasuk di antara yang paling rentan, dan mencegah penularan di kalangan demografi ini merupakan kunci.
-Seiring orang yang hidup dengan HIV hidup lebih lama, interaksi antara HIV dan penyakit terkait penuaan menjadi semakin signifikan dan perlu dipertimbangkan.
Pendanaan untuk penelitian ini berasal dari Rencana Darurat Presiden AS untuk Penanggulangan AIDS, yang dimulai pada tahun 2003 oleh Presiden George W. Bush.
(bbn)