Logo Bloomberg Technoz

Laba yang dihasilkan oleh perusahaan Industrial China merosot 7,8% secara tahunan di sepanjang sepuluh bulan pertama tahun 2023, melambat dari penurunan 9,9% di sembilan bulan pertama tahun 2023 di tengah kerentanan pemulihan ekonomi negara itu.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, selain itu, investor menghindari aset-aset berisiko (Risk Aversion) sebagai antisipasi dari rilis sejumlah data ekonomi seperti data resmi Manufacturing PMI Tiongkok (pada Kamis), data Inflasi zona Euro (Kamis) dan data inflasi (Personal Consumption Expenditure/PCE) Price Index Amerika Serikat (Kamis).

“Ditambah lagi, perhitungan kedua dari data Produk Domestik Bruto (PDB) 3Q23 AS juga akan di rilis pada hari Rabu disusul oleh rilis data Industrial Production Jepang dan data Penjualan Ritel Jepang di hari  Kamis,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para trader dan investor akan dengan cermat memantau serangkaian data ekonomi lainnya minggu ini, termasuk penjualan rumah baru AS yang tercatat turun pada Oktober setelah revisi ke bawah sebelumnya, karena tingkat suku bunga kredit pinjaman yang tinggi membebani permintaan. Adapun Indeks Manufaktur Fed Bank of Dallas untuk November lebih lemah dari perkiraan.

"Pasar sepertinya telah menerima gagasan bahwa data ekonomi yang melambat akan mempercepat penurunan suku bunga yang ramah pasar, meskipun The Fed terus menyampaikan pesannya sebaliknya," kata Chris Larkin dari E*Trade dari Morgan Stanley. 

"Minggu ini akan memberikan banyak kesempatan bagi para trader untuk menentukan apakah tren perlambatan tersebut tetap berlanjut,” imbuh Larkin.

Dari Australia, data Penjualan Ritel akan di rilis pada Selasa disusul dengan rilis data inflasi pada Rabu. Kedua data ini diyakini akan menjadi faktor penentu dalam keputusan suku bunga acuan yang akan diambil oleh Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA).

Sementara itu, Gubernur RBA Michele Bullock baru-baru ini sempat memperingatkan bahwa inflasi akan semakin sulit untuk turun di bulan-bulan mendatang.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 tercatat Rp8.505,4 triliun, atau tumbuh melambat 3,4% secara tahunan, dibandingkan dengan pencapaian di September 2023 kemarin yang naik 6,0%. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono memaparkan, perkembangan uang beredar M2 pada Oktober 2023 terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan simpanan berjangka dan perkembangan penyaluran kredit.

Adapun komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) hanya tumbuh 0,1% pada Oktober, setelah bulan sebelumnya melonjak mencapai 4,1%. Perkembangan ini terutama disebabkan oleh perkembangan tabungan rupiah dan giro rupiah.

Penyaluran kredit Oktober Rp6.863 triliun, berhasil tumbuh 8,7%, relatif stabil dibandingkan dengan pencapaian bulan sebelumnya. Didorong oleh penyaluran kredit pada debitur Perorangan yang tumbuh 9,4% dan juga kredit bersifat korporasi 8%.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,1% ke 7.013 dan masih didominasi dengan munculnya volume pembelian.

“Saat ini, diperkirakan IHSG sudah berada di akhir wave v dari wave (i) sehingga penguatan IHSG pun sudah relatif terbatas dan rawan terkoreksi untuk membentuk wave (ii) dari wave [iii],” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (28/11/2023).

Herditya melanjutkan, diperkirakan, koreksi dari IHSG akan menguji rentang area terdekat di 6.962-6.997.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham ADRO, APLN, BMRI dan INTP.

Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, waspadai potensi pullback IHSG ke level psikologis 7.000 di perdagangan saham hari Selasa (28/11).

“IHSG kembali mengalami pullback pasca uji resistance 7.050. Dengan demikian, IHSG kembali membentuk upper-bound panjang untuk kali kedua secara berturut-turut. Secara teknikal, IHSG masih berada dalam kondisi rawan profit taking di Selasa (28/11). Waspadai potensi pullback/koreksi ke critical level di 7.000,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan potensi trading buy pada saham BBTN, BMRI, CTRA, SMGR dan UNTR; serta peluang buy on support pada saham ACES dan ISAT; juga dapat mencermati peluang speculative buy pada saham BMTR.

(fad)

No more pages