Saat ini, sambung Totok, Adaro masih merencanakan pembangunan infrastruktur yang mencakup jalan angkut, penyimpanan bahan bakar, serta perencanaan barge loader (pemindahan batu bara dari stockpile ke tongkang).
“Lalu juga penambahan akomodasi karyawan akan [dilakukan] pada awal tahun depan. Kami pastikan infrastrukturnya [siap] untuk mengejar target [kenaikan produksi] 6 juta ton per tahun,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director ADMR Hendri Tamrin menambahkan perseroan akan fokus untuk mengekspor batu bara kokas di negara-negara Asia, khususnya Jepang dan China.
“Kita juga lihat pertumbuhan ekonomi ke depan di Asia Selatan dan Asia Tenggara akan menjadi pusat pertumbuhan pasar kami. [Kami juga] fokus pada diversifikasi dan perkuat portofolio,” tuturnya.
“Kami yakin [pasar batu bara metalurgi masih] kuat. Sampai pertengahan tahun, topik inflasi dan pengetatan moneter [di sejumlah negara masih menjadi sentimen bagi batu bara], tetapi sudah mulai dilonggarkan sehingga membuka peluang pasar lebih banyak, sejalan dengan ekspansi perusahaan.”
Sekadar catatan, sepanjang Januari—September 2023, volume produksi batu bara ADMR mencapai 3,98 juta ton dengan penjualan sebanyak 3,01 juta ton atau masing-masing naik 55% dan 38% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Adapun, volume pengupasan lapisan penutup sepanjang kuartal I—III 2023 naik 128% menjadi 13,81 juta bank cubic meter (bcm), dengan nisbah kupas mencapai 3,47x, dibandingkan dengan 2,36x pada sembilan bulan pertama 2022.
(wdh)