Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Wijaya Karya Persero Tbk (WIKA) Adityo Kusumo mengungkapkan, dua langkah perusahaan untuk menyelesaikan utang-utangnya.

Pertama perusahaan berupaya menyelesaikan beban utang lewat cara restrukturisasi yang menurut Adityo nilainya mencapai Rp19 triliun. WIKA saat ini masih berdiskusi dan negosiasi dengan para kreditur dari pihak perbankan.

“Utang yang sedang dalam diskusi restrukturisasi totalnya sekitar Rp19 triliun,” terang Adityo dalam paparan publik secara virtual, Senin (27/11/2023).

Selain itu, cara kedua WIKA sedang bertransformasi dengan menjalankan usaha yang lebih sustainable secara jangka panjang.  “Ini ongoing, dan kita akan lihat mungkin hasilnya dalam satu dua tahun ke depan di mana kita akan memiliki portofolio bisnis yang lebih baik sekarang,” kata Adityo.

“Jadi memang ini kombinasi bagaimana kami mentransformasi diri, bagaimana melakukan negosiasi dengan para kreditur dan tentunya bagaimana kita melakukan divestasi secara optimal,” ucapnya.

Sebelumnya, dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI, Adityo menyebut WIKA sudah meminta restrukturisasi kepada para kreditur sejak Maret 2023. “Atas kondisi ini, perbankan tidak lagi bersedia memberikan modal kerja untuk penyelesaian proyek,” ujarnya.

Namun, di sisi lain, WIKA sedang dalam proses penyelesaian proyek strategis. Dari 41 proyek, sebanyak 37 proyek merupakan proyek strategis nasional (PSN). Sedang empat proyek lainnya terkait dengan pembangunan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Total nilai proyek ini mencapai Rp33,3 triliun.

Dalam proyek IKN, Wijaya Karya murni bertindak sebagai kontraktor proyek infrastruktur yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perusahaan Rakyat (PUPR). Dengan demikian Direktur Utama Agung Budi Waskito memastikan tidak ada dana investasi dari WIKA yang masuk ke IKN.

“Kontribusi kita sebagai kontraktor, PUPR [order pekerjaan] dan diharapkan [pembayaran] lancar. Untuk IKN yang kita kerjakan sampai saat ini sudah 51% progres, dengan estimasi selesai Juni untuk kantor. Istana Presiden 41%. Sebelum Agustus sudah harus selesai. Agustus kontrak [proyek pembangunan] IKN akan selesai,” tegas Agung.

Divestasi Hingga Rights Issue

Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya menambahkan bahwa masih terkait penyehatan keuangan, perusahaan juga berencana melepas aset berupa lima ruas jalan tol. Dalam dokumen yang disampaikan sebelumnya nilai aset tol Serang-Panimbang, Soreang-Pasir Joja, Manado Bitung, Balikpapan-Samarinda, dan Semarang-Demak, mencapai lebih dari Rp1 triliun.

"Untuk divestasi perseroan berencana untuk bisa melepas aset, ada 5 ruas jalan tol wika melakukan penyertaan modal," kata dia. Adityo sebelumnya menyatakan, selain aset ruas tol Wijaya Karya juga berencana melepas perusahaan patungan bidang pengelolaan air minum, dan properti.

Selanjutnya WIKA masih dalam proses penyelesaian dokumen untuk mengajukan penerbitkan saham baru melalui right issue sebagai bagian dari rencana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp6 triliun.

“Yang jelas mengajukan PMN sebesar Rp6 triliun,” tegas Adityo

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, atau Tiko sebelumnya menyatakan bahkan WIKA akan memperoleh tambahan PMN tahun depan senilai Rp4 triliun, meski tidak dirinci alasan dibalik keputusan ini. Yang jelas PMN baru bertujuan untuk peningkatan kapasitas engineering, procurement, construction (EPC) perusahaan.

“Tahun ini (WIKA) sudah dapat komitmen PMN Rp6 triliun. Tahun depan, kami akan ajukan Rp4 triliun lagi, karena WIKA punya bisnis EPC. Kami ingin WIKA ini menjadi leading player di bidang EPC untuk membangun smelter, pembangunan listrik, renewable, dan sebagainya,” imbuh Tiko. 

“Tapi, kami belum tahu nanti persetujuan DPR kan, DPR dulu nanti kami bicara tahun depan Rp4 lagi sehingga total PMN ke WIKA Rp10 triliun.”

(wep)

No more pages