Sektoral saham properti dan saham barang baku menjadi pendukung utama penguatan IHSG dengan kenaikan 1,32% dan 1,31%, disusul oleh menguatnya saham keuangan sebesar 0,72%.
Sedangkan, sektoral saham teknologi mengalami koreksi 3,81%.
Sejumlah saham-saham properti yang menjadi pendorong kenaikan IHSG adalah, PT Puri Global Sukses Tbk (PURI) yang meroket hingga 11,1%, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) yang melesat mencapai 4,68% juga dengan saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang menguat 4,21%.
Senada, saham barang baku juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI) meroket 32,2%, PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP) melesat naik 12,8% dan saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) menguat 8,62%.
Bank Indonesia melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 tercatat Rp8.505,4 triliun, atau tumbuh melambat 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), dibandingkan dengan pencapaian di September 2023 yang naik 6,0% yoy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, perkembangan uang beredar M2 pada Oktober 2023 terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan simpanan berjangka dan perkembangan penyaluran kredit.
Adapun komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) hanya tumbuh 0,1% pada oktober, setelah bulan sebelumnya melonjak mencapai 4,1%. Perkembangan ini terutama disebabkan oleh perkembangan tabungan rupiah dan giro rupiah.
Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,75%, indeks Shanghai Composite naik 0,52%, indeks Nikkei 225 terdepresiasi 0,49%, indeks Strait Times Singapore turun 0,33% dan indeks Kospi melemah 0,18%.
Laju indeks regional merupakan imbas dari data terbaru, yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan laba industri China yang makin melemah sekaligus mematahkan optimisme pasar setelah reli pada minggu lalu.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pertumbuhan yang lemah di perusahaan industri China kemungkinan akan membuat perusahaan berhati-hati dalam memperluas bisnisnya, yang pada gilirannya dapat menambah lebih banyak tekanan pada harga-harga di pasaran. Keuntungan yang meningkat hanya 2,7% pada Oktober secara tahunan, ambles dari kenaikan sebelumnya mencapai 11,9% pada September.
"Angka laba menunjukkan bahwa momentum pemulihan saat ini masih cukup rapuh," ujar Dong Chen, Kepala Penelitian Makroekonomi Asia di Pictet Wealth Management, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television.
Adapun laba yang diperoleh perusahaan industri China turun 7,8% menjadi CNY 6.115,42 miliar sepanjang sepuluh bulan pertama tahun 2023, melambat dari penurunan 9% pada sebelumnya, di tengah pemulihan ekonomi yang rapuh.
(fad/wep)