Sejalan dengan itu, Farida mencatat per kuartal III-2023, laba bersih emiten batu bara berkode saham PTBA telah mencapai Rp3,8 triliun, sedangkan pendapatan menyentuh Rp27,7 triliun dari total aset senilai Rp36 triliun per 30 September 2023.
Sepanjang tahun berjalan, PTBA mengeklaim telah merealisasikan beberapa proyek batu bara ramah lingkungan, dengan penggunaan teknologi penekan emisi gas buang di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) perseroan.
“Proyek-proyek kami terus berjalan untuk bisa mendukung kinerja perusahaan, seperti PLTU mulut tambang Sumsel 8 dengan kapasitas 2 x 660 MW yang telah mencapai COD [commercial operation date],” kata Farida.
Pembangkit mulut tambang tersebut, sambungnya, menerapkan teknologi supercritical steam generator yang efisien dan ramah lingkungan, serta teknologi desulfurisasi atau flue gas desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK))
“Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.”
Lebih lanjut, Farida mengatakan per 12 Oktober 2023, PTBA telah menyepakati kerja sama pengembangan angkutan batu bara Tanjung Enim dengan target pengangkutan via kereta api sebanyak 52 juta ton batu bara pada akhir 2024.
Pengembangan EBT
Pada kesempatan yang sama, Vice President Pengembangan Hilirisasi Bukit Asam, Setiadi Wicaksono, mengatakan untuk 2024 perseroan berharap harga batu bara tidak anjlok makin dalam di tengah upaya untuk melanjutkan berbagai proyek ramah lingkungan.
“Untuk EBT [energi baru terbarukan], terdapat beberapa rencana penjajakan proyek, seperti membangun PLTS [pembangkit listrik tenaga surya] dengan beberapa mitra. Kami bekerja sama dengan PT Semen Padang, PT Jasa Marga untuk membangun PLTS,” kata dia.
Di sisi lain, Setiadi mengatakan PTBA juga menyusun peta jalan manajemen karbon melalui beberapa program inisiatif yang didasari oleh tiga pilar. Pertama, upaya dekarbonisasi operasional yang mencakup upaya minimalisasi emisi menggunakan alat berat dengan bahan bakar listrik ramah lingkungan.
“Kedua, secara rutin kami juga menginisiasi emission offset dengan melakukan penanaman kembali areal tambang,” lanjut Setiadi.
Ketiga, perusahaan juga sedang menjajaki kemungkinan untuk menggunakan teknologi penangkapan, penyimpanan, dan utilisasi karbon atau carbon capture, utilization and storage (CCUS) untuk bisa diterapkan di wilayah tambang yang dikelola PTBA.
(wdh)