Logo Bloomberg Technoz

Sepanjang tahun 2023 hingga data setelmen per 23 November, investor asing telah memborong sedikitnya Rp27,1 triliun SRBI yang baru dirilis sejak 15 September itu.

Bank Indonesia. (Rosa Panggabean/Bloomberg)

Sementara di instrumen Surat Berharga Negara (SBN), asing mencatat beli bersih senilai Rp1,6 triliun pekan lalu, melanjutkan aksi beli bersih pekan sebelumnya sebesar Rp2,5 triliun. Alhasil, selama 2023, asing mencatat posisi beli bersih di SBN senilai Rp62,54 triliun. Naik signifikan setelah sempat terperosok ke level terendah pada akhir Oktober lalu kala posisi beli bersih asing di SBN tinggal Rp47,14 triliun. 

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, total kepemilikan dana asing di SBN sampai 24 November lalu mencapai Rp826,53 triliun. Selama tujuh hari berturut-turut, asing terus mencetak posisi beli di SBN.

Saham masih lesu

Bila di SBN dan SRBI, animo pemodal asing terlihat meningkat cepat, tidak demikian halnya dengan di pasar saham. Sepanjang 2023 hingga data setelmen 23 November kemarin, investor asing masih mencatat posisi jual bersih saham sebesar Rp17,7 triliun.

Posisi itu memang sudah sedikit menurun dibanding pekan sebelumnya yang masih mencatat net outflow saham sebesar Rp18,09 triliun. Akan tetapi, masih lebih tinggi dibanding akhir Oktober ketika rupiah terperosok nyaris menjebol Rp16.000/US$. Kala itu, posisi jual asing di saham masih di kisaran Rp11,11 triliun.

Pencatatan saham perdana PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). (Dok gotocompany.com)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang sudah berhasil menapak ke 7.046, sampai awal pekan ini. Akan tetapi, dari segi nilai transaksi, terlihat ada stagnasi bahkan lesu. Nilai transaksi harian di bursa rata-rata hanya single digit di kisaran Rp7-9 triliun bila tidak ada aksi korporasi atau kabar besar yang menggairahkan pasar.

Melihat volume perdagangan dan nilai transaksi di bursa saham dalam tiga bulan terakhir, setiap pekan rata-rata volume mencapai kisaran 108,5 miliar-118,5 miliar saham. Sementara nilai transaksi setiap pekan dalam tiga bulan berturut-turut, rata-rata di kisaran Rp52 triliun-Rp53,7 triliun.

Tren kelesuan di pasar saham itu bukan hanya dipengaruhi oleh sentimen eksternal. Tahun politik yang kian memanas dengan kian dekatnya jadwal Pemilu dan Pilpres 2024 membuat ketidakpastian domestik meningkat. Itu akhirnya turut menahan animo pelaku pasar. 

SVBI dan SuVBI

Animo asing kemungkinan masih akan tinggi terutama di instrumen pendapatan tetap. Terutama dengan bermunculannya sekuritas-sekuritas baru yang dilansir oleh bank sentral yang bisa diborong oleh pemodal asing, seperti SRBI, juga SVBI dan SuVBI.

Di SRBI, investor asing telah mencatatkan nilai beli bersih hingga Rp27,1 triliun. Sedangkan di SVBI yang baru mencatat lelang perdana 21 November lalu, belum ada data pembelian oleh investor nonresiden. Sementara SuvBI juga baru akan mulai dilelang esok Selasa 28 November.

Akan tetapi, bila berkaca pada SRBI yang cukup membetot minat asing, dua instrumen baru itu kemungkinan juga akan menjadi incaran para pemodal mancanegara. Salah satu faktor pendorong adalah tawaran imbal hasil alias bunga yang sangat menarik.

Sebagai gambaran, untuk SVBI misalnya, dalam lelang perdana 21 November lalu, BI memberikan bunga diskonto hingga 5,6% untuk tenor SVBI maksimal 3 bulan. Tingkat bunga itu setara dengan tingkat imbal hasil atau yield SBN berdenominasi dolar AS, INDON, tenor 10 tahun yang siang ini terpantau di kisaran 5,55%.

Bunga tinggi SVBI menjadi daya tarik utama yang akan menggaet serbuan para investor, termasuk pemodal nonresiden.

Sampai pukul 12.30 WIB, di pasar spot rupiah berhasil menguat tipis ke kisaran Rp15.545/US$. Sementara IHSG menutup sesi pertama perdagangan hari ini menguat 0,44%. Adapun di pasar obligasi, tingkat imbal hasil SBN mayoritas mencatat kenaikan terutama tenor 10 tahun yang naik 5,9 bps ke 6,67%.

(rui/roy)

No more pages