"Ini merupakan peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah PPLI, hampir 30 tahun sejak hadir di Indonesia beberapa kali perusahaan kami meraih predikat Zero Accident dalam hal kecelakaan kerja dari Kementerian Kenetagakerjaan. Kami sangat berkomitmen untuk mencegah risiko kecelakaan kerja tersebut," tambah PT PPLI.
PPLI menggarisbawahi bahwa investigasi ini penting, agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan bila ada kesalahan yang timbul dalam prosedur maupun kekurangan kehati-hatian karyawan dalam aktivitas kerja.
Sebelumnya, tiga pekerja PPLI ditemukan tewas terjatuh ke dalam kontainer limbah di Centralize Mud Treating Facilities atau CMTF Balam Selatan, Kecamatan Bangko Pusako, Kabupaten Rokan Hilir, Jumat (24/02/2023) siang.
Kecelakaan kerja di blok Rokan tersebut diduga karena kurangnya pengamanan dan pengawasan kerja.
Ketiga korban adalah Hendri, Dedy Krismanto dan Ade Ilham. Hendri berperan sebagai Person Managing Control of Work, Ade sebagai Operator Dewatring dan Dedy sebagai Operator Evaporator.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, kasus tersebut harus menggerakkan Pertamina untuk menginvestigasi aspek keselamatan pekerja, dimulai dari proses kerja sama antara PPLI dan Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Lembaga tersebut mencurigai kontrak kerja antara PPLI dan PHR tidak melalui proses tender, melainkan penunjukan langsung. PPLI disebut memprosess sisa lumpur bor dari sekitar 400 sumur di wilayah kerja (WK) Blok Rokan untuk dihimpun di Centralized Mud Treating Facility (CMTF) di Balam, Kabupaten Rokan Ilir.
Sekadar catatan, produksi minyak di Blok Rokan diklaim naik menjadi 166.000 barel minyak per hari atau barrel of oil per day (bopd) dari 158.000 bopd sejak PT Chevron Pacific Indonesia mmengalihkan kontrak kelola blok tersebut ke PHR pada 2021.
Pemerintah menargetkan, pada 2023, produksi minyak di Blok Rokan sanggup menembus 180.000 bopd.
(krz/wdh)