Pabrikan mobil Jepang ini telah berkomitmen mengucurkan 2 triliun yen (Rp4.386 trilun) untuk mengguncang pasar kendaraan listrik menjadikan mobil bertenaga baterai sebagai pendorong utama pertumbuhan pada masa depan.
Ashwani Gupta, COO Nissan, mengatakan perusahaan akan memperkenalkan 27 model kendaraan listrik, termasuk 19 EV, pada Tahun Fiskal 2030, naik dari 23 model dan 15 EV yang direncanakan sebelumnya.
Akibatnya, 55% penjualan Nissan akan berasal dari kendaraan listrik, menurut produsen mobil tersebut. Kendaraan listrik berkontribusi sebesar 13% dari total penjualan global Nissan pada kuartal III-2022.
Nissan akan sepenuhnya melokalkan produksi EV AS dan mematuhi persyaratan subsidi Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) pada 2026, termasuk dekarbonisasi pabriknya di Tennessee, kata Gupta.
Undang-undang, yang disahkan di AS tahun lalu, memberikan insentif untuk produsen EV tetapi memiliki persyaratan ketat pada manufaktur dan sumber rantai pasokan. Nissan menargetkan 40% penjualan menjadi EV saja pada Tahun Fiskal 2030.
“IRA memberi kami kesempatan untuk mempercepat elektrifikasi di AS,” kata Gupta. “Kami telah menyelesaikan jalur untuk mematuhi IRA.”
Nissan memangkas target elektrifikasi di China menjadi 35% dari 40% pada Tahun Fiskal 2026. Di pasar China untuk EV bertenaga baterai, Gupta mengatakan merek lokal masih memimpin. Untuk itu, Nissan akan merilis SUV EV pada 2024.
“Ini adalah cara baru Nissan bekerja di China, untuk China,” kata Gupta.
(bbn)