Selain itu, realisasi utilitas kapasitas nasional untuk pasokan pipa migas dalam negeri sepanjang 2018—2023 rata-rata hanya sebesar 5% per tahun.
“Utilisasi kapasitas produksi industri pipa baja nasional masih sangat rendah untuk memasok industri pipa migas dalam negeri,” ujar Purnomo.
Kemampuan produsen nasional untuk sektor migas, padahal, sudah sangat mumpuni. Kisaran tingkat komponen dalam negeri (TKDN) produsen pipa baja nasional adalah 45,15%—66,74% dan mampu memproduksi jenis pipa HSAW, ERW dan LSAW dengan total kapasitas 1.154.000 per tahun.
“Jadi kalau bicara mengenai kemampuan supply pipe line untuk migas maupun nonmigas, secara kapasitas kami sudah sangat siap untuk memenuhi, berlebihan malah,” lanjutnya.
IISIA setidaknya mencatat 3 tantangan baja nasional untuk sektor migas. Pertama, masih terdapat spesifikasi teknis proyek yang belum bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Kedua, penetapan spesifikasi proyek pada saat perancangan belum memperhatikan kemampuan industri baja nasional.
Ketiga, masih terdapat material impor yang masuk pada proyek-proyek di Indonesia secara umum yang dapat diproduksi produsen baja nasional.
“IISIA berharap dapat berperan lebih besar pada proyek-proyek migas. Kemampuan produk baja nasional sudah makin meningkat dibuktikan pada overseas project list dan porsi ekspor yang meningkat dengan porsi ekspor pada 2022 melebihi pasokan ke industri migas nasional,” tutupnya.
(dov/wdh)