Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, tampaknya menghadapi tekanan inflasi yang persisten, yang bertentangan dengan pernyataannya yang reiteratif bahwa penurunan harga impor akan meredakan inflasi dalam jangka pendek. Namun, inflasi belum dapat ditopang oleh kekuatan domestik karena biaya hidup yang lebih tinggi berdampak pada pengeluaran konsumen dan melampaui pertumbuhan upah, suatu faktor yang membantu menyusutnya ekonomi pada kuartal terakhir.
"Konsumsi terus melemah dan saya pikir perusahaan sedang mengerem beban biaya yang dibebankan pada harga pangan karena kekhawatiran akan dampak buruk pada pengeluaran," kata Takeshi Minami, ekonom di Norinchukin Research Institute. "Siklus yang baik dari harga tidak akan terjadi kecuali upah naik lebih banyak dan BOJ belum berada dalam situasi untuk dengan mudah menormalisasi kebijakannya."
Dengan elektabilitas di level terendah selama dua tahun masa kepresidenannya yang sebagian disebabkan oleh inflasi, Perdana Menteri Fumio Kishida memperkenalkan paket ekonomi senilai lebih dari 17 triliun yen atau setara Rp1.769 triliun awal bulan ini.
Dalam paket tersebut, PM memperpanjang program subsidi untuk mengendalikan harga energi hingga April, dan memutuskan untuk memberikan potongan pajak dan bantuan tunai guna mendukung rumah tangga yang terkena dampak kenaikan harga.
"Kembalinya inflasi Jepang pada Oktober terkonsentrasi pada tagihan utilitas dan biaya hotel. Hal ini ditandai dengan baik dalam data Tokyo sebelumnya, dan kemungkinan tidak akan mempengaruhi BOJ, yang menurut kami masih berkomitmen pada sikap dovish," ungkap Taro Kimura ekonom dari Bloomberg Economics.
Selain makanan segar dan energi, kementerian mengatakan indeks harga konsumen naik 4% dari tahun sebelumnya bulan lalu. Berada di sekitar level tertinggi sejak tahun 1981.
Melemahnya yen telah menjadi pendorong utama di balik tingginya biaya impir, karena nilai tukar yen berada di dekat level terendah dalam 33 tahun terhadap dolar dalam beberapa bulan terakhir. Bulan ini, Ueda sering ditekan oleh anggota partai oposisi di parlemen untuk mengakui bahwa pelonggaran moneter menyebabkan penurunan yen, memperparah dampak inflasi pada rumah tangga.
Sementara ukuran harga untuk perusahaan telah turun ke level terendah sejak awal 2021, tidak diketahui secara pasti berapa banyak perusahaan yang perlu membebankan biaya mereka kepada konsumen. Tidak jelas juga apakah perusahaan akan menaikkan harga untuk meningkatkan upah, sebuah perkembangan penting bagi BOJ maupun pemerintah.
Kishida dan Ueda telah menekankan pentingnya negosiasi upah tahunan musim semi tahun depan. Sebagian besar melihat hasilnya sebagai komponen kunci apakah BOJ dapat menuju normalisasi kebijakan yang jelas. Perdana Menteri mengatakan minggu ini bahwa menaikkan upah adalah "tugas paling penting" baginya.
(bbn)