Langkah the Fed ini direspons BI untuk defensif. Hal ini untuk membuat rupiah tidak melemah. Defensif dalam arti supaya volatilitas yang terjadi ini tidak merugikan sektor riil.
“Komen itu juga di-digest sama para pembuat kebijakan di Indonesia, termasuk Bank Indonesia, untuk defensif,” ujar Tomi.
“Mohon diingat ya bahwa dengan likuiditas yang banyak, ternyata kredit itu juga masih tumbuh. Dengan likuiditas yang banyak, ternyata perusahaan itu, permintaan retail consumer, permintaan durable goods-nya juga bagus, manufakturnya juga bagus. Artinya sebenarnya kendala bisnisnya sedikit mungkin bicara biasa suku bunga mahal,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa bank juga berkompetisi dengan banyaknya dana yang mereka coba tawarkan. Bank diminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menaikkan kredit. Dengan harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif.
“Tadi kita lihat fakta, leasing bagus, performanya bank juga bagus. Artinya, ada beberapa faktor-faktor positiflah, meski di tengah relativitas. Bank, secara kapasitas, mampu mengabsorbsi, dia punya manajemen risiko, mengabsorbsi risiko. Bank mencoba untuk berkompetisi, memberikan bunga yang kompetitif, yang murah kepada pelaku pasar, kepada perusahaan-perusahaan, supaya dia bisa memenuhi kredit mortgage, konsumsi kredit, modal kerja, investasi,” pungkasnya.
(ros/lav)