"Sedang reviewing lagi, itu kan proyek sudah lama terhenti. Kita review lagi untuk perencanaan pelelangan," ujar Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PT PLN, Evy Haryadi, ditemui secara terpisah.
Evy mengatakan perseroan kini juga tengah membangun kerja sama studi kepada beberapa negara untuk mengeksekusi proyek senilai US$2,9 miliar yang juga disinyalir akan menggunakan dana JETP itu.
Namun, kata Evy, melihat keterbatasan dana JETP, PLN juga tak menutup kemungkinan untuk mencoba pencari alternatif melalui pendanaan lain.
"Intinya kita akan melihat pendanaan dari JETP salah satu alternatif pendanaan, paling penting apakah pendanaan ini yang paling murah untuk bisa kita dapat. Itu yang akan kita lihat."
Menyitir dokumen CIPP, fokus besar program pendanaan senilai US$20 miliar (sekitar Rp309 triliun) JETP adalah untuk membangun perekonomian rendah karbon di Indonesia. CIPP akan dievaluasi berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan pasar terkini dan prioritas kebijakan.
Untuk versi 2023, CIPP JETP sendiri difokuskan bagi proyek-proyek efisiensi energi dan elektrifikasi alias sektor ketenagalistrikan.
Pendanaan awal sebesar US$20 miliar tersebut diharapkan dapat menjadi katalis dengan menutupi kira-kira seperlima dari total jumlah investasi yang diperlukan untuk mencapai target JETP pada 2030.
Berdasarkan sekitar 1.000 proyek yang dikumpulkan dari lima bidang investasi (IFA) Pemerintah Indonesia, lebih dari 400 proyek diidentifikasi sebagai proyek prioritas JETP yang memerlukan investasi minimum sebesar US$67,4 miliar.
Dari semua proyek prioritas tersebut, Sekretariat JETP telah mengidentifikasi 41 proyek prioritas utama berdasarkan nilai strategisnya bagi peta jalan sektor ketenagalistrikan JETP dan transisi energi Indonesia.
(ibn/wdh)
