Logo Bloomberg Technoz

Erick menjelaskan Indonesia dan Australia memiliki SDA yang cocok untuk pengembangan baterai kendaraan listrik, di mana Indonesia memiliki nikel dan Australia memiliki litium.

"Indonesia telah mengembangkan hilirisasi nikelnya menuju ekosistem kendaraan listrik dalam 5 tahun terakhir. Telah ada 3 pabrik di Indonesia yang beroperasi untuk memproduksi mixed hydroxide precipitate, bahan dasar prekursor baterai. Selain itu, beberapa proyek manufaktur baterai juga telah direncanakan akan dimulai pada beberapa tahun mendatang," ungkap Erick. 

Sementara itu, Australia memiliki 24% cadangan litium dunia, atau kedua setelah Cile. Australia bahkan menyumbang 43% dari ekstraksi litium global pada 2022.

Australia dapat mengambil manfaat dari sumber daya litium yang melimpah ini dengan berkolaborasi dengan Indonesia yang telah mengembangkan industri nikelnya dalam membangun ekosistem baterai kendaraan listrik. 

“Dengan adanya komitmen dari Pemerintah Australia untuk menugaskan perwakilan dari Departemen Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, dan Sumber Daya [DISR] dan Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan dan Air [DCCEEW] ke Kedutaan Besar Australia di Jakarta, kami yakin Nota Kesepahaman ini dapat menjadi kolaborasi nyata,” ujar Erick.

(dov/wdh)

No more pages