Padahal rupiah digadang-gadang mampu menguat hari ini. Sinyal penguatan itu datang dari pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).
Namun ternyata dolar AS masih terlalu tangguh. Sebab, bagaimanapun juga bank sentral AS (Federal Reserve) masih mungkin menaikkan suku bunga acuan dalam rapat bulan depan. Kemungkinannya memang mengecil, tetapi bukan berarti tidak ada sama sekali.
“Federal Funds Rate masih ada probabilitas naik, meski (peluangnya) turun. Pernah kami sampaikan 40%, sekarang turun 10%. Rendah, tetapi masih ada kemungkinan,” tegas Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), dalam konferensi pers kemarin.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas bunga acuan Negeri Paman Sam bertahan di 5,25-5% pada rapat Desember adalah 99,5%. Turun tipis dibandingkan seminggu yang lalu yaitu 99,8%.
Perkembangan ini membuat Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) masih bertahan di level tinggi. Kemarin, indeks ini ditutup di 103,92, tertinggi dalam sepekan terakhir.
Akibatnya, rupiah dan mata uang Asia lainnya sulit menguat. Rupiah yang diharapkan bisa terapresiasi malah masuk zona merah.
(aji)