Logo Bloomberg Technoz

Grant Smith - Bloomberg News

Bloomberg, Pertemuan OPEC+ yang tertunda minggu depan akan digelar secara online, bukan tatap muka. Hal ini disebabkan oleh perselisihan terkait tingkat produksi dalam aliansi tersebut di tengah anjloknya harga minyak.

Arab Saudi dan sekutunya terlibat dalam perselisihan mengenai kuota produksi untuk negara-negara anggota Afrika. Ketidaksepakatan tersebut telah memaksa OPEC+ menunda konferensi selama beberapa hari hingga 30 November. Hal ini menyebabkan harga minyak mentah anjlok sebanyak 4,9% di bawah US$80 per barel di London pada Rabu.

Sebelum penundaan itu, para trader minyak mengira Arab Saudi bersiap-siap untuk mengumumkan perpanjangan pemotongan produksi sepihak sebesar 1 juta barel per hari dalam upaya untuk mendukung harga yang merosot. Ada juga beberapa prediksi bahwa pemerintah Arab Saudi bahkan bisa membujuk anggota lain untuk bergabung dengan mereka melakukan pemotongan tambahan.

Perselisihan ini menimbulkan keraguan pada hasil tersebut, dan menghidupkan kembali konflik yang pernah terjadi pada Juni saat Angola, Kongo, dan Nigeria didorong oleh Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman untuk menerima target produksi yang lebih rendah di tahun 2024, yang mengindikasikan berkurangnya kemampuan mereka. Eksportir Afrika tersebut telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir karena kurangnya investasi, gangguan operasional, dan ladang minyak yang menua.

Perbandingan target dan output OPEC+ (Sumber: Bloomberg)

Ini bukan kali pertama OPEC+ yang beranggotakan 23 negara mengubah rencananya secara mendadak. Mereka melakukan hal yang sama setahun yang lalu, beralih ke pertemuan daring setelah menetapkan target produksi dalam pertemuan tatap muka di Wina di bulan sebelumnya.

Kali ini, pertemuan dijadwalkan ulang pada 30 November, bertepatan dengan hari pertama perundingan iklim PBB yang diselenggarakan oleh negara anggota OPEC, Uni Emirat Arab, di Dubai. Menggelar pertemuan tatap muka di Wina pada hari yang sama dengan dimulainya COP28 akan menciptakan kesulitan logistik bagi sejumlah menteri energi.

Para trader sekarang menunggu untuk melihat apakah OPEC dan mitra-mitranya akan menyelesaikan perselisihan mengenai kuota, dan menyetujui tindakan apa pun untuk menopang pasar pada tahun 2024. Tidak adanya kesepakatan tentang produksi untuk tahun depan akan meninggalkan pasar minyak global dalam posisi yang berbahaya.

Harga minyak mentah turun sekitar 16% dari puncaknya pada September karena produksi Amerika yang cukup kuat. Sementara China — sebagai pengimpor minyak terbesar di dunia — mengalami penurunan margin penyulingan dan indikator ekonomi yang lesu.

Menurut Badan Energi Internasional, pasar dunia berpotensi kembali menjadi surplus pada awal tahun depan seiring perlambatan pertumbuhan permintaan. Sementara produsen seperti AS dan Guyana terus tumbuh.

Pada saat yang sama, pasokan Iran telah pulih karena AS melonggarkan penegakan sanksinya. Ekspor Rusia tetap stabil karena negara itu memproduksi lebih dari kuotanya.

Delegasi OPEC+ mengatakan mereka mencari waktu tambahan karena Angola dan Nigeria tidak setuju dengan target lebih rendah yang diberlakukan pada mereka oleh anggota yang lebih kuat. Negara-negara itu dengan enggan menyetujui kuota baru dengan catatan kuota tersebut akan direvisi lebih tinggi lagi jika audit eksternal oleh tiga perusahaan — Rystad Energy A/S, Wood Mackenzie Ltd dan IHS — membuktikan kapasitas mereka lebih besar.

Menurut salah satu pejabat yang tidak ingin identitasnya diketahui, penilaian itu telah diajukan. Akan tetapi ketiganya menolak temuan tersebut.

(bbn)

No more pages