Saat ini, Ponsel Nokia masih dijual oleh HMD Global Oy. Perusahaan ini mendapatkan lisensi menggunakan merek Nokia setelah Microsoft Corp. berhenti menggunakan nama Nokia usai mencaplok perusahaan pada 2014.
Sebagai bagian dari strategi Nokia, Pekka Lundmark juga mengatakan perusahaan akan fokus melebarkan pangsa pasar dalam bisnisnya dengan menyediakan peralatan jaringan kepada penyedia layanan nirkabel.
Ia menambahkan, Nokia kini memiliki "amunisi dan alat" yang cukup untuk memperluas pangsa pasar tanpa harus mengorbankan margin. Hal ini berkat adanya pembatasan oleh beberapa pemerintah di negara Eropa yang melarang perusahaan kompetitor dari China untuk menjual suku cadang untuk jaringan 5G.
Nokia juga ingin meningkatkan pertumbuhan bisnisnya dengan menjual jaringan 5G pribadi ke perusahaan. Sang CEO mengatakan, pertumbuhan bisnis perusahaan kini mencapai sekitar 8% dari penjualan, dan akan menargetkannya menjadi dua digit melalui pertumbuhan organik dan akuisisi yang lebih kecil.
Meski begitu, Nokia tidak ingin mengambil jalan pesaing utamanya Ericsson AB, yang mengakuisisi Vonage Holdings Corp. senilai $6,2 miliar dipicu oleh tujuan serupa untuk tumbuh di sisi perusahaan.
Meski begitu, Nokia tidak mengejar jalur pertumbuhan perusahaan seperti rival utamanya Ericsson AB, yang mengakuisisi Vonage Holdings Corp. sebesar $6,2 miliar (Rp 95 triliun)
Nokia baru-baru ini mendapatkan kembali peringkat investasi dari Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) ke tingkat BBB. Namun, Lundmark melihat lebih banyak pekerjaan tambahan yang harus dilakukan, terutama pada margin operasi perusahaan.
(bbn)