Bagaimanapun, dia tidak mengelaborasi opsi kedua yang akan ditempuh pemerintah jika harga saham divestasi tidak kunjung mencapai titik temu yang sesuai dengan kepentingan pemerintah.
Dia juga tidak mendetailkan berapa banyak lahan Vale yang akan diciutkan jika kesepakatan harga saham divestasi menemui jalan buntu.
Asumsi Harga Saham
Untuk diketahui, Vale Indonesia memiliki lahan operasi yang telah diatur dalam kontrak karya yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025.
Dalam kontrak karya tersebut, INCO memiliki lahan konsesi seluas 118.017 hektare meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektare), Sulawesi Tengah (22.699 hektare), dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektare).
Adapun, head of agreement (HoA) divestasi 14% saham INCO diteken di sela KTT APEC di San Fransisco, Amerika Serikat (AS) pekan lalu. Terkait dengan harga saham INCO yang didivestasikan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya memastikan MIND ID bakal mendapatkan harga khusus.
"Yang penting harus lebih murah dari harga pasar, harus special price buat kita" ujar Arifin, Jumat.
Sebagai gambaran, pada 7 Oktober 2020, MIND ID menuntaskan transaksi pembelian 20% saham divestasi INCO. Saat itu, Vale Canada Ltd (VCL) melepas 14,9% sahamnya dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) melepas 5,1%.
Harga divestasi yang dibanderol saat itu adalah Rp2.780/saham. Dengan demikian, MIND ID saat itu mengucurkan Rp5,52 triliun untuk mencaplok 20% saham Vale Indonesia.
Dengan selesainya transaksi tersebut, komposisi kepemilikan saham INCO berubah menjadi 20% MIND ID, 44,3% VCL, 15% SMM, dan 20,7% publik.
Jika tahun ini MIND ID menambah porsi sahamnya di Vale Indonesia sebesar 14%, terdapat beberapa asumsi perhitungan terkait dengan dana yang harus disiapkan oleh holding BUMN pertambangan itu.
Menurut kalkulasi Bloomberg Technoz, 14% porsi saham tersebut setara dengan 1.391.087.420 lembar.
Jika menggunakan asumsi harga saham INCO saat ini Rp4.550/lembar, maka dana yang harus dikeluarkan MIND ID untuk akuisisi 14% adalah sekitar Rp6,32 triliun. Angka tersebut hampir setara dengan jumlah dana yang konon sudah disiapkan MIND ID sebanyak Rp7 triliun.
Jika menggunakan asumsi harga akuisisi yang sama seperti 2020, yaitu Rp2.780/lembar, maka dana yang harus disiapkan adalah Rp3,86 triliun. Sementara itu, jika memakai harga 1xPBV di Rp3.912/lembar, maka dana yang disiapkan harus Rp5,44 triliun.
VCL Masih Dominan
Berdasarkan keterangan resmi Vale Base Metals Ltd (VBM), induk VCL ; setelah proses HoA divestasi INCO kepada MIND ID di San Francisco pekan lalu, kepemilikan saham Vale Canada terhadap saham INCO ternyata masih sebesar 33,9%.
Jumlah tersebut hampir setara atau sama besarnya dengan porsi saham MIND ID yang sejumlah 34%, naik dari sebelumnya 20% setelah menambah 14%. Adapun, kepemilikan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) makin menciut menjadi 11,5% dari sebelumnya 15,03%.
Komposisi tersebut jauh dari perkiraan awal bahwa jatah Vale Canada sebagai induk INCO akan berkurang 14% dari 43,79% menjadi hanya 29,79%, sehingga menempatkan MIND ID sebagai pemegang saham terbesar dan paling dominan di Vale Indonesia.
Menurut klaim VBM, dalam pernyataan resminya, kepemilikan VCL sebesar 33,9% terhadap saham INCO tersebut sudah “seimbang” dan “akan mendukung stabilitas dan pertumbuhan kelanjutan operasi PT Vale di Indonesia.”
Chief Executive Officer VBM dan Presiden Komisaris PT Vale Deshnee Naidoo mengatakan perjanjian divestasi ke MIND ID tersebut akan memajukan industri nikel di Indonesia, berdasarkan sejarah operasi INCO selama 55 tahun di negara ini.
“Kami berharap dapat bekerja sama dalam struktur kepemilikan saham baru dengan mitra kami untuk mendukung ambisi hilirisasi negara dan memberikan nilai ekonomi yang kuat kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat. jangka panjang,” ujarnya, dikutip dari laman resmi perusahaan.
(dov/wdh)