Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan alasan pemerintah mengganti nama harta karun cekungan migas di Papua dari Blok Warim menjadi Akimeugah.

Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menjelaskan pemilihan nama tersebut berkaitan dengan lokasi cekungan yang berada di wilayah Warim, Papua yang dinilai sensitif.

“Di situ ada dua blok, Akimeugah 1 dan 2, yang sebenarnya dahulu waktu kami studi eksplorasi dinamakan sebagai Blok Warim, karena sensitif, kami ganti saja,” ujarnya ditemui di sela Forum Kapasitas Nasional SKK Migas, Kamis (23/11/2023).

Dengan nama Blok Akimeugah 1 dan 2, Nanang mengatakan pemerintah berharap blok migas yang akan segera dilelang itu akan lebih menarik bagi para calon investor.

“Sama-sama areanya, potensinya sama, tetapi kita pakai Akimeugah 1 dan 2 supaya kita bisa meng-attract investor untuk bisa masuk ke situ.”

Kementerian ESDM memang mulai melelang sebagian wilayah kerja (WK) di Blok Akimeugah, Papua yang digadang-gadang menjadi sumber harta karun minyak dan gas bumi (migas) terbesar di Indonesia

"[Blok Warim] sudah [mulai dilelang]," ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, awal November.

Selain Harta Karun Warim di Papua, Ini 7 Blok Migas Terbesar RI (Infografis/Bloomberg Technoz)

Meski demikian, Tutuka mengatakan, cekungan Warim tersebut kini sudah berganti nama menjadi Akimeugah 1 dan 2, bersamaan dengan penciutan wilayah kerja yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Lorentz Papua.

Pemangkasan wilayah itu, kata Tutuka, harus dilakukan agar tidak terjadi sengketa perizinan pada kemudian. Apalagi, Taman Nasional Lorentz merupakan kawasan konservasi, yang mesti membutuhkan perizinan khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) agar cadangan migas di sana dapat dieksploitasi.

"Supaya tidak menjadi permasalahan dengan lingkungan, termasuk UNESCO juga. Jadi kita potong [wilayah kerja migasnya]," ujarnya.

Namun demikian, Tutuka mengatakan kondisi infrastruktur di Akimeugah 1 dan 2 kini masih kurang memadai untuk dilakukan eksplorasi dan eksploitasi. Pemerintah pun memasukkan Blok Warim ke dalam kategori WK berisiko tinggi atau high risk karena tantangan tersebut.

Saat ini, ungkap Tutuka, beberapa perusahaan pun telah menyatakan ketertarikannya untuk menggarap potensi migas di blok tersebut, meski tak mengelaborasi nama perusahaan yang akan terlibat dalam proyek pengembangan cekungan Warim.

"Bukan perusahaan kecil, pada saat waktunya saya sampaikan."

Blok Warim menjadi salah satu WK migas yang tengah menjadi sorotan akhir-akhir ini lantaran ditengarai menyimpan kekayaan migas di cekungan besar yang konon berbatasan dengan wilayah Papua Nugini.

Berdasarkan kajian Kementerian ESDM, potensi cadangan minyak di Blok Warim menembus 25,968 miliar barel.

Adapun, potensi cadangan gasnya menyentuh 47,37 triliun kaki kubik gas atau trillion cubic feet (TCF) alias empat kali lipat dari Blok Masela di Tanimbar, Maluku yang tidak lebih dari 10,73 TCF.

(wdh)

No more pages