Namun, aspek-aspek lain dari isolasi sosial, seperti hidup sendiri dan menjadi janda/duda, tidak memiliki dampak.
Pada awal penelitian Belanda ini, 46% dari peserta tinggal sendiri dan separuhnya masih lajang atau tidak lagi menikah. Sekitar satu dari lima, hampir 20%, mengatakan bahwa mereka merasa kesepian.
WHO sendiri juga menyatakan kesepian sebagai ancaman kesehatan global yang mendesak. Bahkan juru bicara kesehatan Amerika Serikat menyatakan bahwa efek kematian akibat kesepian setara dengan merokok 15 batang rokok sehari.
"Kesepian melampaui batas-batas dan menjadi perhatian kesehatan masyarakat global yang memengaruhi setiap aspek kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan," kata Mpemba. "Isolasi sosial tidak mengenal usia atau batasan."
Murthy mengatakan risiko kesehatannya seburuk merokok hingga 15 batang rokok sehari, bahkan lebih besar dari yang terkait dengan obesitas dan ketidakaktifan fisik.
Menurut Menurut Centers for Disease Control dan Preventation, meskipun sulit untuk mengukur isolasi sosial dan kesepian secara tepat, ada bukti kuat bahwa banyak orang dewasa berusia 50 tahun ke atas mengalami isolasi sosial atau kesepian yang dapat membahayakan kesehatan mereka.
Penelitian terbaru menemukan bahwa:
- Isolasi sosial secara signifikan meningkatkan risiko kematian prematur akibat semua penyebab, risiko yang mungkin sebanding dengan merokok, obesitas, dan ketidakaktifan fisik.
- Isolasi sosial dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia sekitar 50%.
- Hubungan sosial yang buruk (yang ditandai dengan isolasi sosial atau kesepian) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 29% dan peningkatan risiko stroke sebesar 32%.
- Kesepian dikaitkan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan bunuh diri yang lebih tinggi.
- Kesepian di antara pasien gagal jantung dikaitkan dengan risiko kematian hampir 4 kali lipat, peningkatan risiko rawat inap sebesar 68%, dan peningkatan risiko kunjungan ke unit gawat darurat sebesar 57%.
(spt/hps)