Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, dari pasar Treasury terlihat ada tekanan jual setelah data klaim pengangguran yang dirilis semalam yang ternyata lebih kecil ketimbang prediksi pasar. 

Pada saat yang sama, ekspektasi inflasi juga meningkat. Hal tersebut dimanfaatkan investor untuk profit taking sehingga tingkat imbal hasil Treasury kembali naik tipis. Treasury tenor 10 tahun kembali naik ke 4,4%, sementara tenor 2 tahun menyentuh 4,9%.

Pelaku pasar mengkhawatirkan data-data terakhir tersebut bisa membebani keleluasaan Federal Reserve (The Fed) dalam menahan bunga acuan. Di pasar swap, para trader menaikkan probabilitas kenaikan bunga acuan The Fed pada Desember nanti dari yang semula 0% menjadi 4,8%. 

Sementara probabilitas pemangkasan bunga acuan pada Mei 2024 menurun jadi 43,4% pagi ini.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah juga berpotensi melanjutkan pelemahan dengan target koreksi menuju area Rp15.590/US$ yang menjadi level support terdekat sampai dengan Rp15.610/US$.

Apabila level itu tertembus, rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan mendekati indikator MA-50 pada area Rp15.631/US$ sebagai support terkuat.

Sebaliknya, bila rupiah berhasil menguat, level resistance yang menarik dicermati ada di Rp15.540/US$ dan resistance selanjutnya Rp15.515/US$. Adapun dalam tren jangka menengah rupiah masih ada potensi penguatan optimis ke kisaran Rp15.500/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 23 November (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages