Total kapasitas pengolahan terpasang keenam kilang itu mencapai 1,03 juta bph, atau sekitar 90% dari kapasitas pengolahan yang ada di Indonesia.
Di sisi lain, produksi minyak Indonesia di luar negeri justru diproyeksikan naik 54.000 bph pada tahun ni. Hal itu, kata Wiko, disebabkan karena performa aset dan ekspansi bisnis Pertamina di Timur Tengah terus mengalami peningkatan.
Dengan demikian, secara keseluruhan, proyeksi produksi minyak Indonesia dari luar negeri tahun ini meningkat 10% menjadi 568.000 bph dari realisasi tahun sebelumnya sebanyak 514.000 bph.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), per 20 November, realisasi produksi siap jual (lifting) minyak Indonesia baru mencapai 584.091 barrel oil per day (BOPD). Capaian itu masih cukup jauh dari target pemerintah sebanyak 660.000 BOPD.
Khusus untuk produksi gas, perseroan memproyeksikan hingga akhir tahun dapat mencapai 2,746 juta MMscfd. Proyeksi tersebut naik 5% dari realisasi tahun sebelumnya yang sebanyak 2,624 juta MMscfd.
Berbeda dengan minyak, produksi gas dari dalam negeri tahun ini diproyeksikan naik menjadi 2,381 juta MMscfd dari realisasi tahun lalu yang sejumlah 2,241 juta MMscfd.
Kenaikan juga ditopang oleh peningkatan eksplorasi pengeboran sumur gas yang terus meningkat sejak 2021.
"Pada 2021 kita hanya mengebor 350 sumur, 2022 sebanyak 689 sumur, dan 2023 kita akan bisa 801 sumur. Lalu, rencana kerja 2024 kita 918 sumur,” ujar Wiko.
(ibn/wdh)