Hal yang sempat dijawab petugas KAI bahwa ini bagian dari prosedur, cerita Fachrial Kautsar. Kekhawatiran netizen yang juga penting adalah potensi kebocoran data saat Face Recognition masif digunakan.
Pake pengenal wajah gini tuh opsional, tapi petugas yg jaga gatenya SELALU BILANG WAJIB seolah penumpang ga punya pilihan.
— Fachrial Kautsar (@fchkautsar) November 19, 2023
Buat yg ga ngerti dan ga aware soal keamanan data pribadinya ya pasti bakal langsung daftar.
Padahal saat daftar pun ga dijelasin TnC karena antre panjang.
KAI kemudian mengklarifikasi dengan mengatakan, “Railmin memahami ketidaknyamanan yang Kakak alami. Mengenai hal tersebut Railmin koordinasikan terlebih dahulu ke pihak stasiun. Jika tersedia informasi terbaru, segera Railmin konfirmasi kembali. Trims.”
Hal kemudian menjadi perhatian lebih banyak orang, dan salah satunya menyarankan bahwa sebaiknya penumpang diberi pilihan, antara Face Recognition. “Tolong dijadikan opsi saja atau tetap bikin dua date gitu loh, kok maksa banget harus daftar Face Recognition,” tulis akun @gusufriend.
“Saya baru saja naik dari stasiun tugu YK [Yogyakarta] hari ini, kaget karena dipaksa registrasi Face Recognition untuk kereta jarak jauh. Saya dan kawan keberatan tapi tidak ada dan tidak diberikan pilihan oleh petugas,” tulis pemilik akun @iqbalbasigili pada 3 Oktober 2023, yang juga menyoal layanan scan wajah ini.
“Gini lho @KAI121 petugasmu kalo ada penumpang yang mau check in manual itu pasti auto jutek mukanya. Seakan-akan kita mau numpang naek keretanya. Padahal Face Recognition itu-kan opsional, jadi penumpang berhak memilih yang mana. Gausah dipersulit lah.. TOH KITA BAYARNYA SAMAAAAAA,” tulis pemilik akun @aininshofiyaa.
Akun @WRahMada juga menyatakan terganggu bila kebijakan ini diberlakukan. “Pak @mas_didiek @KAI121pls dipertimbangkan kembali kebijakan ini, sebagai pelanggan setia via pintu utara saya merasa ini mengganggu privacy. Wajah saya tidak untuk diserahkan secara paksa ke pihak manapun, apalagi keamanan tidak dijamin. cc @erickthohir bantu y om @rasjawa @arieparikesit,” tulis dia.
KAI kemudian merespon bahwa jika ada penumpang yang tidak mau menggunakan Face Recognition, bisa melakukan boarding secara manual di pintu utara Stasiun Bandung. “Di lokasi tersebut sudah tersedia petugas yang akan membantu proses Boarding secara manual (mobile boarding), jangan sungkan untuk meminta bantuan ya Kak apabila terkendala,” akun @KAI121 merespon Wientor.
Pada 28 September 2022 silam PT Kereta Api Indonesia memang telah menguji coba fasilitas Face Recognition di pintu boarding Stasiun Bandung. Kemudahan dijanjikan KAI, hingga penumpang tidak perlu menunjukkan dokumen, termasuk KTP, e-boarding pass atau fisik, bahkan dokumen vaksinasi.
“Cukup satu detik waktu yang dibutuhkan untuk memastikan wajah pelanggan dan proses verifikasi seluruh data yang tersimpan di sistem KAI. Hal tersebut akan sangat mempermudah pelanggan dan memperlancar antrean proses boarding,” jelas VP Public Relations KAI Joni Martinus dalam rilis perusahaan.
KAI menjamin keamanan data dari penerapan Face Recognition ini. “KAI telah memiliki manajemen keamanan informasi yang baik dan secara rutin terus meningkatkan keamanan data yang dikelola oleh perusahaan,” tulis perusahaan.
Sejatinya teknologi Face Recognition yang diadopsi bisa menjadi persoalan baru, apalagi terkait ketidakhadiran kebijakan privasi yang diumumkan perusahaan, dimana selama ini baru hadir pada KAI Access, seperti dinyatakan Direktur Eksekutif Elsam, Wahyudi Djafar, dilansir, Rabu.
Face Recognition erat kaitannya dengan data biometrik, dimana hal tersebut termuat dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian dibutuhkan perlindungan bertingkat, juga persetujuan penggunaan dari subjek.
(wep)