Pelemahan rupiah lebih banyak karena berbalik menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) pasca indeks saham di Wall Street semalam ditutup melemah karena tekanan sentimen laporan keuangan emiten teknologi kakap.
Treasury masih bergerak stabil setelah sempat menyentuh 4,39% semalam untuk tenor 10 tahun. Pagi ini terlihat pergerakan yield Treasury masih kompak melemah, indikasi aksi beli di pasar pendapatan tetap masih berlanjut.
Analis memperingatkan saat ini di pasar terlihat ada kecenderungan euforia yang terlalu awal di kalangan pelaku pasar.
"Kami melihat bullish rally yang terus berlanjut di November ini sebagai risiko 'market is getting ahead of themselves’ atau euforia terjadi terlalu awal daripada skenario konservatif pemangkasan suku bunga Fed di bulan Juni 2024. Meski persepsi ini belum tentu benar, kami menyarankan investor untuk tetap waspada terhadap pembalikan sentimen yang tiba-tiba serta tetap mempertahankan posisi defensif," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi dalam catatan, Rabu pagi ini.
(rui)