"Karena sejak dilakukan pendaftaran subsidi tepat sasaran dan perhitungan bersama dengan Kementerian ESDM memang ada pengurangan daripada kelebihan kuota tersebut yang memang di awal dihitung prognosis 8,28 juta kl menjadi 8,19 juta kl,” lanjutnya.
Sementara itu, untuk bensin bersubsidi jenis Pertalite, kemungkinan ada penghematan konsumsi sebesar 1,7 juta kl, dari prognosis kuota 2023 sebanyak 32,6 juta kl.
Konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia sebelumnya diproyeksi makin anjlok dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu sejalan dengan kian masifnya mandatori biofuel lintas sektor serta komitmen pemerintah untuk memangkas subsidi energi, alih-alih akibat tren adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Menurut riset Fitch yang dilansir pada medio kuartal III-2023, konsumsi seluruh jenis bahan bakar olahan di Indonesia diestimasikan hanya tumbuh 1,3% pada tahun ini dan 1,2% pada 2024; ditopang oleh permintaan yang masih solid untuk avtur dan LPG.
Namun, para periset BMI –lembaga riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings– memperkirakan pertumbuhan permintaan bahan bakar di Indonesia akan terus turun dalam jangka panjang, berbanding lurus dengan upaya pemerintah mendiversifikasi penggunaan energi fosil.
“Permintaan bahan bakar yang lebih rendah di Indonesia diperkirakan dipicu oleh lemahnya kebutuhan terhadap bensin dan solar di sektor transportasi,” papar para periset Fitch.
Hanya bahan bakar jenis LPG yang bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan ke depan, didukung oleh kenaikan jumlah rumah tangga yang beralih ke LPG di perdesaan.
Ramalan Fitch selaras dengan taksasi pemerintah bahwa kebutuhan LPG 3 kg atau ‘tabung gas melon’ akan mencapai 3,5% di atas kuota yang ditetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
Dari kuota LPG bersubsidi yang ditetapkan sebanyak 8 juta ton pada 2023, pemerintah memperkirakan permintaan sampai dengan akhir tahun ini dapat menembus 8,28 juta ton.
“Permintaan LPG masih akan terus naik karena kurangnya pasokan dan infrastruktur distribusi,” papar Fitch.
Di sisi lain, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dan solar diproyeksi hanya tumbuh 1,4% per tahun selama 2023—2032, dengan volume tetap di bawah angka 2,1 juta barel per hari pada 2032.
Hal itu, menurut Fitch, dipicu oleh determinasi pemerintah memangkas subsidi BBM sejak 2022. Sekadar catatan, pada September 2022, pemerintah untuk pertama kalinya menaikkan harga Solar dan Pertalite dalam 8 tahun.
Berdasarkan analisis angka kebutuhan bensin dan solar pada 2023, pemotongan subsidi membantu memperlambat permintaan tahunan terhadap BBM sektor transportasi. Perbandingan konsumsi bensin pada lima bulan pertama 2023 menunjukkan sedikit atau bahkan tidak ada pertumbuhan secara year on year (yoy).
(ibn/wdh)